Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres: Radikalisme Ancaman Riil

Kompas.com - 16/10/2010, 12:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Boediono mengatakan, kalau selama bertahun-tahun manusia memahami dirinya secara sempit, tidak jarang manusia sering mengkotak-kotakkan dirinya berdasarkan ras, warna kulit, bahasa, agama, kepercayaan, bahkan berdasarkan kebiasaan maupun pikirannya.

"Sayangnya, perbedaan-perbedaan tersebut malah kerapkali menjadi awal konflik dan pertentangan antar umat manusia, sesama ciptaan Sang Khalik," ujar Boediono saat memberikan sambutan dalam Pembukaan Global Peace Leadership Conference, di Grand Melia, Jakarta, Sabtu (16/10/2010).

Dalam catatan sejarah peradaban manusia menurut Boediono, tertoreh banyak sekali ketololan dan kepicikan. Padahal manusia pasti mempunyai satu ciri dan karakteristik yang tidak mungkin kita ubah. Itu adalah karunia Tuhan yang dibawa sejak lahir.

"Apakah kulit kita coklat, kuning, putih, hitam itu bukanlah sebuah pilihan. Apakah kita lahir dari orangtua Muslim, Kristen, Hindu atau kepercayaan lain, bukan kehendak kita," terang Boediono.

Namun sampai saat ini manusia masih terjerat dalam pemahaman sempit. Di Banyak negara kata Boediono, masalah rasisme atau pertentangan antar agama masih menjadi persoalan mendasar, bahkab berbuah kekerasan.

"Kita mulai belajar memahami kemanusian secara hakiki untuk menyadari betapa indahnya perbedaan beragama dan keberagaman. Seharusnya bumi kita menjadi taman sari peradaban yangf indah dan serasi," ujarnya.

Boediono berharap saat ini tidak hanya berbicara mengenai hak-hak politik. Kesetaraan dan penghormatan terhadap individu, dan segala aspek kehidupan lebih mementingkan nilai-nilai universal berasaskan demokrasi dan hak asasi manusia yang meletakkan individu-individu pada sebuah kesetaraan lahir dan batin.

"Meskipun Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia. Namun melalui sila pertama, Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Jika kita meninggalkan prinsip-prinsip dasar maka keberadaan negara indonesia sebagai negara satu kesatuan dipastikan akan menuju kehancuran," paparnya.

Global Peace Leadership Conference juga dihadiri Ketua PBNU KH Agiel Siradj, Ketua penyelenggara Slamet Efendi Yusuf, Dr HYun Jin Moon Chairman GPFF, serta 100 peserta dari 17 negara dan 200 peserta dari dalam negeri.

Wapres berharap gejala radikalisme maupun pemikiran mengenai konflik peradaban harus dicegah sebab sangat berbahaya jika dibiarkan berkembang. "Radikalisme adalah ancaman riil yang bisa mencerai-beraikan sendi-sendi kehidupan masyarakat," katanya. (Tribunnews/Yoni)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com