Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekarang, Jadi Teroris Gampang Banget!

Kompas.com - 22/09/2010, 15:11 WIB

KOMPAS.com — Bos Interpol Ronald Noble buka rahasia. Dia bilang, situs-situs berhaluan ekstrem alias ekstremis melonjak jumlahnya. Kepada para kepala kepolisian internasional yang tengah berkonferensi di Paris, Noble memaparkan, tahun 1998 cuma ada 12 situs macam itu. "Pada 2006, jumlah situs ekstremis ada 4.500," katanya sebagaimana warta media massa AP, AFP, dan Reuters, Rabu (21/9/2010).

Noble juga mengaku upaya menghambat radikalisme justru dipersulit oleh internet. Soalnya, banyak kegiatan yang dilakukan tidak dianggap sebagai tindak kejahatan.

Kemudian, menurut catatan Interpol, situs-situs yang menganjurkan tindakan ekstrem seperti serangan bom bunuh diri demi tujuan yang dianggap suci menyasar pengikut anyar dari kelompok anak muda atau kelompok yang rentan dipengaruhi. "Kebanyakan, sasarannya juga kelompok kelas sosial menengah," kata Interpol.

Inggris

Kalau Interpol cuma menyetor jumlah angka "segitu", International Centre for the Study of Radicalisation di London justru mengklaim punya angka yang jauh lebih banyak. "Di Inggris, situs ekstrem jumlahnya ribuan," kata peneliti lembaga itu, Alexander Meleagrou-Hitchens, meski tak menyebutkan angka pasti.

Nah, repotnya lagi, menurut Alexander, pemerintah tidak mungkin menghentikan peningkatan situs radikal. "Sebuah situs ekstremis ditutup, situs yang lain bermunculan," ujarnya.

Pendapat Jonathan Evans lain lagi. Orang nomor satu di Badan Intelijen Inggris MI5 itu khawatir pengaruh Anwar al-Awlaki. Ulama Islam radikal asal Yaman ini doyan sekali muncul di YouTube saat berkhotbah. Evans menghitung, video khotbah Awlaki ada 5.000-an di situs itu.

Di dunia intelijen, khususnya, Awlaki dikaitkan dengan tewasnya 13 orang di markas militer Fort Hood, Amerika Serikat, pada November 2009. Namanya juga disebut-sebut dalam usaha pengeboman pesawat penumpang menuju Detroit bulan sesudahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com