Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandung, Citra Kota Belanja dan Kuliner

Kompas.com - 18/09/2010, 15:19 WIB

Oleh Indah Surya Wardhani

Molek, namun semrawut. Begitu yang muncul di benak warga Kota Bandung saat menilai kotanya. Daya tarik kota yang pekan depan genap berusia 200 tahun itu memang tak lekang meski didera berbagai persoalan. Sejumlah hal harus dibenahi demi memperkuat citra Bandung sebagai kota belanja dan kuliner di masa mendatang.

Kesimpulan itu muncul dari hasil survei citra Kota Bandung yang diselenggarakan Litbang Kompas, akhir Agustus lalu. Meski masih di bawah angka harapan 6,43, indeks penilaian publik terhadap obyek dan jasa usaha wisata di Kota Bandung tergolong tinggi. Indeks obyek wisata 5,7-5,8, sedangkan usaha wisata mencapai 5,8-6,1.

Factory outlet (FO), distribution outlet (distro), dan rumah makan mendapatkan apresiasi tertinggi sebagai daya tarik Kota Bandung. Ketiganya mendapatkan penilaian sekitar 6. Padahal, obyek wisata lain rata-rata hanya meraih 5,4. Hal ini menunjukkan, sarana-prasarana pendukung wisata belanja dan kuliner relatif sesuai dengan harapan publik ketimbang pendukung wisata konvensional yang berbasis pada wisata alam dan budaya.

Sejumlah cendera mata dan makanan khas turut memperkuat citra Kota Bandung sebagai kota wisata belanja dan kuliner. Berdasarkan survei, angklung adalah cendera mata yang paling kuat mencitrakan Kota Bandung. Persepsi ini terutama dinyatakan oleh responden bukan orang Sunda.

Kota ini pun identik dengan fashion. Jenisnya beragam, mulai dari kaus, baju, hingga alas kaki. Adapun untuk oleh-oleh, peuyeum adalah makanan yang dianggap paling khas. Sejumlah makanan lain, seperti oncom, keripik tempe, dan batagor, juga identik dengan Kota Bandung. Selain itu, beberapa tempat dianggap sebagai ikon khas Kota Bandung. Dago merupakan tempat yang paling populer di kalang-an responden. Sementara penanda kota lainnya adalah Gedung Sate, Gasibu, Braga, dan Pasar Baru. Semrawut

Apresiasi positif terhadap wisata kota tidak serta-merta mendongkrak citra Kota Bandung di mata publik. Hanya tiga dari 10 responden yang menilai baik citra Kota Bandung. Separuh responden menilai sedang, sedangkan 10 persen menilai buruk.

Sejumlah faktor memengaruhi penilaian. Salah satunya adalah faktor lama tinggal responden di Kota Bandung. Makin lama seseorang tinggal di Kota Bandung, makin rendah pula penilaian yang diberikan terhadap kotanya.

Citra kota yang belum optimal di benak publik itu tidak terlepas dari pengamatan dan pengalaman responden. Sulit menampik bahwa wajah kota saat ini didominasi kesan semrawut. Kondisi itu nyata terlihat pada sektor lalu lintas, bangunan komersial, dan permukiman.

Berdasarkan survei, separuh responden menilai miring kondisi kotanya. Kesan yang kuat melekat di benak publik adalah Bandung yang semrawut, seperti disuarakan 20 persen responden. Adapun tiga dari 10 responden menilai kota ini macet, panas, padat, dan kotor. Sementara itu, apresiasi positif bahwa Bandung molek, bersih, sejuk, aman, dan nyaman hanya disuarakan tiga dari 10 responden.

Namun, segudang persoalan yang merundung Kota Bandung tidak memudarkan kecintaan warganya. Empat dari tiap lima responden mengaku tidak berencana pindah. Hanya 15 persen yang berencana pindah dengan alasan ingin mencari suasana baru atau tidak merasa nyaman tinggal di Bandung. (ERI/Litbang Kompas)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com