Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RRI Milik Publik Setelah 65 Tahun

Kompas.com - 13/09/2010, 05:48 WIB

Konsep penyiaran RRI yang sebelum menjadi Lembaga Penyiaran Publik lebih banyak prosentasenya produk tergolong “broadcasting” sejak 2005 menjadi lebih variatif karena RRI juga membuat program siarannya dalam kategori “narrow-casting” seperti program siaran pendidikan untuk memperkuat pembentukan karakter bangsa (nation building) dan mendorong persatuan dan kesatuan bangsa.

Program-program siaran untuk daerah perbatasan untuk menjaga informasi di daerah perbatasan. Program-program siaran untuk kelompok minoritas, agar permasalahan mereka dapat terangkat.

Program “narrow-casting” RRI di antaranya seperti program siaran RRI untuk acara “Nostalgic Tourism” di daerah perbatasan Morotai telah memperoleh penghargaan yang diberikan oleh Departemen Budaya dan Pariwisata di samping juga Pariwisata Budaya Award untuk acara dokumenter “Masyarakat Baduy”.

Pada tingkat internasional, RRI memperoleh ABU award untuk siaran dokumenter “2 Tahun Lumpur Lapindo” , penghargaan diberikan oleh Asia Pacific Broadcasting Union (ABU) kepada RRI Surabaya.   Ketika RRI dipercaya untuk menyelenggarakan sidang umum Asia Pacific Broadcasting Union, 19-25 Nopember 2008 di Bali yang dihadiri sekitar 600 orang pimpinan radio dan televisi se dunia, usul RRI tentang pengadaan program siaran “Green Radio” yang mengharuskan semua negara peserta ABU untuk mengadakan siaran yang menyangkut program penghijauan dan pengurangan dampak pemanasan global.   RRI di usia dewasanya yang ke 65 bukan hanya sekedar mampu melaksanakan tugas panggilan profesi medianya saja tetapi peran media RRI dapat dikatakan telah melampaui fungsi “media maintsream”nya. Keberhasilan RRI membuktikan diri sebagai Lembaga Penyiaran Publik telah menghapus citra RRI sebagai Radio Milik Pemerintah.

Ketika RRI telah mencapai usianya yang ke 65 ini ada sebuah catatan kritis yang tidak boleh terlewatkan untuk direnungkan semua fungsionaris dan manajemen RRI bahwa betapapun rekor keberhasilan kinerja dan jaringan serta pelayanan siaran RRI sebagai media massa milik publik, masih banyak tantangan dan pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh seluruh jajaran RRI.

Pertama, persaingan bisnis industri media massa mengharuskan RRI untuk bersiap diri  melakukan pembenahan sesuai dengan tuntutan kebutuhan publik dan dalam era “media whirlpool” seperti yang dikemukakan oleh  Jim Willis dan Diane B Willis tahun 1994 di mana batas-batas tradisional antara media cetak dan media elektronik setiap hari menjadi semakin kabur batasnya.

Kedua, era teknologi penyiaran yang bergeser dari analog, digital dan multimedia, mau tidak mau akan  menuntut adanya program mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) RRI yang siap menghadapi tuntutan kebutuhan dan perubahan teknologi yang tidak terelakkan.

Meskipun RRI adalah media radio dengan sasaran komunikannya para “pendengar”, sejak dini RRI perlu menyadari dan mengantisipasi bahwasanya karakter tunggal komunikan pendengar RRI dari masa ke masa juga mengalami mutasi atau metamorphosis karena karakter tunggal komunikan pendengar RRI pada saat yang sama juga merupakan komunikan pendengar, pembaca dan sekaligus pemirsa yang tidak mustahil akan mengakses RRI melalui jaringan multimedia.

Ketiga, organisasi, manajemen dan jaringan stasiun internal RRI serta jaringan kerjasama eksternal RRI seperti jalinan kerjasama RRI dengan Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) dan Asosiasi Radio Siaran Swasta Lokal Indonesia (ARSSLI), termasuk kerjasama relay siaran dengan beberapa siaran radio komunitas berupa siaran bersama dan relai untuk siaran berita dan siaran untuk kepentingan bangsa.

Belum lagi  kerjasama dengan lembaga penyiaran asing, yaitu RTM, RTB, NHK, Radio Turki, Radio Swedia, Deutch Welle, Radio Korea, Radio Australia, dan Radio China bagaimana pun merupakan aset nasional yang dari sisi sistem media masssa dan jaringan informasi pemberitaan merupakan suatu kekuatan dan bagian integral dari ketahanan nasional NKRI dan harus dianggap sebagai kekuatan, kemampuan dan kehandalan RRI sebagai mesin Perang Informasi.   Selamat. RRI mencapai usia yang ke 65 yang dengan semboyan “Sekali Di Udara Tetap Di Udara” mampu mengaktualisasi diri sebagai media massa milik publik dan tetap di udara dalam era globalisasi, persaingan industri media massa dan mampu memenuhi kebutuhan publik di era multimedia. (*)

*) Petrus Suryadi Sutrisno (piets2suryadi@yahoo.com) adalah Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Informasi, dan Staf Pengajar Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com