Lelaki kelahiran 13 September 1942 itu juga mempertanyakan sistem keamanan di DPR. Sebab, hampir setiap hari dia bisa masuk kompleks parlemen dengan mudah. Biasanya, Pong masuk ke kompleks parlemen itu untuk berlari pagi berkeliling gedung.
Longgarnya pengamanan kompleks parlemen itu dikhawatirkan bisa dimanfaatkan oleh siapa pun yang berniat jahat. ”Bisa saja orang membawa jeriken berisi bensin, lalu disebar di sekeliling gedung,” katanya.
Ia membantah jika aksi yang dilakukannya hanya untuk mencari popularitas. Pong kembali menegaskan, tindakannya dilakukan hanya karena kasihan kepada rakyat Indonesia.
Wakil Ketua DPR dari Fraksi Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, menganggap aksi yang dilakukan Pong hanyalah untuk mencari perhatian. Menurut dia, Gedung DPR terbuka untuk siapa pun yang akan menyampaikan aspirasi mereka.
”Ya, silakan saja. Ini kan rumah rakyat, siapa pun bisa datang untuk menyampaikan aspirasi,” katanya.
Namun, ia menyesalkan cara penyampaian aspirasi yang dilakukan Pong dengan mencoret-coret atap Gedung Nusantara. Padahal, Pong bisa menyampaikan aspirasi dengan datang langsung menemui pimpinan ataupun anggota DPR.
”Tanpa seperti itu pun kami bisa menerima aspirasi. Jangan seenak-enaknya mencoret-coret. Ini, kan, menjadi kontraproduktif, awalnya simpati jadi tidak simpati,” tuturnya.
Priyo juga mempertanyakan penjagaan di kompleks parlemen yang terlalu longgar. Ia akan meminta Sekretariat Jenderal untuk memperketat pengamanan.
Meski dianggap salah, Priyo tetap memaafkan Pong. Dia juga meminta agar Pong tidak diberikan sanksi berat.
Pong memang sempat dimintai keterangan oleh pamdal dan polisi. Setelah itu, Pong hanya diminta menandatangani surat perjanjian tidak akan mengulangi perbuatannya dan mengecat kembali atap gedung yang sudah dia coret-coret.