JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Filipina Benigno Aquino (Noynoy), seperti dilansir AFP 2 Juli 2010 lalu, memilih untuk turut terjebak kemacetan bersama pengguna jalan lainnya saat bepergian dengan kendaraannya.
Itu terjadi di dua hari pertama pemerintahannya. Ia juga melarang penggunaan sirene dan memerintahkan sopirnya untuk berhenti saat lampu merah. Noynoy juga menolak menggunakan jalur khusus yang bisa memperlancar jalannya.
Namun akibatnya, Noynoy terlambat 40 menit untuk menghadiri parade militer. Apa yang dilakukan Noynoy itu untuk memenuhi janjinya saat pemilu Filipina yang digelar pada Mei lalu. Saat pidato pelantikannya akhir Juni lalu, putra Corazon Aquino ini mengatakan, "Tak akan ada sirene, tidak ada counter flow," katanya. Meskipun, pilihan sikap Nonov ini membuat pusing para pengawalnya.
Di Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono baru dikritik secara terbuka oleh seorang warga Cibubur, Hendra NS, yang menyampaikan keluhannya melalui Surat Pembaca Kompas, kemarin.
Hendra acap kali berpapasan dengan rombongan Presiden SBY dalam perjalanannya ke kediaman pribadi di Cikeas, Jawa Barat. Pekan lalu, Hendra mengalami tindakan tak mengenakkan karena dihardik dan diancam "dibedil" oleh seorang petugas pengawal saat ia kebingungan menepi karena ada lebih dari satu instruksi dari petugas.
Hendra pun meminta Presiden lebih sering menetap saja di Istana Negara yang menjadi kediaman resmi kepala negara. Alasannya, kelancaran berkendara di Cibubur hanya bisa dirasakan oleh Presiden, tidak untuk rakyatnya.
"Memang kalau kita lihat sekarang, rombongan Presiden kalau lewat semakin panjang. Dan sepertinya pengamanan semakin ketat. Ini mengakibatkan penyetopan kendaraan menjelang rombongan lewat menjadi lebih lama. Hal ini menunjukkan semakin senjangnya pelayanan untuk masyarakat dan pejabat," kata pengamat kebijakan publik, Andrinof Chaniago, kepada Kompas.com, Sabtu (17/7/2010) pagi.
Kenyataan seperti ini, menurut Andrinof, sangat merepotkan warga. Apalagi terjadi di Jakarta ataupun di kota besar lainnya yang mengalami kemacetan parah. Meski tak harus meniru langkah ekstrem yang dipilih Noynoy, Presiden SBY diharapkan bisa mengevaluasi iring-iringan rombongan pengawalnya yang semakin panjang.
"Bagaimanapun, keselamatan Kepala Negara harus dijamin. Tetapi, bisa diminimalisasi dengan mengurangi rombongan pengawal. Tidak perlu terlalu panjang seperti sekarang. Kan bisa juga untuk penghematan," kata Andrinof.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.