JAKARTA, KOMPAS.com — Dua peristiwa teror yang terjadi dalam minggu ini mencoreng citra polisi. Pasalnya, teror dilakukan terhadap pihak-pihak yang terkait dengan pengungkapan dugaan rekening tak wajar milik sejumlah perwira Polri.
Teror pertama adalah pelemparan bom molotov ke kantor majalah Tempo (Selasa, 6/7/2010). Saat ini Tempo tengah berseteru dengan Polri terkait sampul depan majalah itu, yang menampilkan gambar polisi bersama celengan babi dalam edisi "Rekening Gendut Perwira Polisi". Edisi tersebut mengupas dugaan kekayaan tak wajar sejumlah perwira polisi.
Teror kedua terjadi pada Kamis (8/7/2010) subuh tadi. Aktivis Indonesia Corruption Watch, Tama Satya Lankun, dianiaya orang tak dikenal. Tama mengalami luka serius di kepala. Sudah beberapa hari ini Tama merasa selalu dikuntit oleh sejumlah orang ke mana pun dia pergi. Tama adalah investigator ICW yang menggali data mengenai informasi rekening tak wajar itu.
Koordinator Kontras Usmad Hamid menegaskan, polisi harus segera menangkap para pelaku teror itu. Pasalnya, dua peristiwa teror ini terjadi bukan dalam situasi kekosongan isu. Mau tidak mau, publik melihat dan mengaitkan peristiwa ini dengan konteks peristiwa sebelumnya, yaitu gonjang-ganjing dugaan rekening tak wajar.
"Jika Polri berhasil menguak, dampaknya bukan hanya menghilangkan tuduhan seputar kaitan laporan rekening jenderal polisi, melainkan juga membantu Polri memulihkan kepercayaan masyarakat luas atas jaminan keamanan dan perlindungan hukum warga yang belakangan dirasakan menurun," ujar Usman.
Pengusutan ini menurut dia harus menguak motif sebenarnya karena bukan tidak mungkin ada pihak-pihak tertentu yang mencoba bermain di air keruh untuk mencapai kepentingan pribadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.