Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia-Belanda Nostalgia soal Perang

Kompas.com - 25/06/2010, 11:55 WIB

KOMPAS.com — Untuk pertama kali orang Indonesia dan orang Belanda berbicara terus terang tentang perang di zaman revolusi. Hal itu dilakukan oleh sekitar 70 orang peserta diskusi panel yang berjudul Pluralisation of Narrafives of the history of Indonesian Independence (Pluralisasi Kisah tentang Sejarah Kemerdekaan Indonesia) belum lama ini di Belanda. Tapi peserta diskusi itu tidak hanya membicarakan soal perang.

Setelah Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan 17 Agustus 1945, Belanda mengirim tentaranya ke Indonesia atau Hindia Belanda, sebutan Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Rakyat Indonesia pun melakukan perlawanan. Bagi Indonesia, masa itu adalah masa revolusi atau masa perang melawan Belanda yang mau menduduki kembali negerinya.

Semua lapisan masyarakat pada saat itu bangkit melawan Belanda dengan semangat luar biasa. Mereka menggunakan bambu runcing untuk melawan tentara Belanda yang bersenjata lengkap. Namun, bagi pihak Belanda yang terjadi antara 1945 sampai 1949 itu bukan perang, melainkan penertiban umum atau aksi polisi, yang dalam bahasa Belanda disebut politionele actie.

Petisi

Beberapa saat silam sekelompok intelektual Belanda meminta Pemerintah Belanda untuk mengakui tanggal 17 Agustus 1945 sebagai hari kemerdekaan Republik Indonesia. Petisi inilah yang mendorong sekelompok warga Indonesia di Belanda untuk menggelar diskusi panel ini.

Salah seorang penandatangan petisi tadi adalah Profesor Nico Schulte Nordholt, guru besar di Universitas Twente. "Beliau memiliki keterkaitan masa lalu yang cukup erat dengan Indonesia karena beliau lahir di Indonesia pada saat bapaknya bertugas di sana," kata Alpha Amirrachman, ketua panitia diskusi panel yang digelar 19 Juni 2010 di gedung Universitas Leiden itu.

Pertemuan itu adalah kesempatan untuk mengungkapkan cerita-cerita yang lebih personal yang belum terungkap tentang masa antara tahun 1945 sampai 1949. "Misalnya anaknya Pak Nico itu pernah menangis ketika mendengar bahwa tentara Belanda mati ditusuk oleh bambu runcing," kata mahasiswa PhD di Universitas Amsterdam ini. "Ada baiknya kalau cerita itu diketahui oleh orang Indonesia," tandasnya.

Walhasil dari pukul 10 pagi sampai 4 sore, para hadirin yang merupakan keturunan pihak-pihak bermusuhan itu dengan serius tapi santai—dan kadang-kadang dibubuhi humor—bertukar cerita.

Pengakuan sejati

Pada perayaan 17 Agustus 2005, Ben Bot Menlu Belanda saat itu telah menyatakan "Pemerintah Belanda menerima 17 Agustus 1945 sebagai fakta sejarah awal kemerdekaan Indonesia". Menanggapi hal ini, Nico Schulte Nordholt, yang juga bertindak sebagai panelis, menilai itu tidak cukup. Ia ingin agar Pemerintah Belanda menyatakan pengakuan sejati 17 Agustus 1945 sebagai hari kemerdekaan RI.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian Hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian Hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com