Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro-Kontra Jangan (Buru-buru) Diakhiri

Kompas.com - 25/06/2010, 08:10 WIB

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal George Toisutta di Cilodong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin lalu, memang menyatakan, institusi dan prajurit TNI AD siap berdemokrasi. Bahkan, ia menambahkan, dalam setiap proses pengambilan keputusan, seorang komandan juga meminta masukan dan saran dari stafnya. Hal itu diterjemahkannya sebagai praktik berdemokrasi.

Menanggapi pernyataan itu, sejumlah kalangan menilai, KSAD terlalu berlebihan. Walaupun meminta masukan anak buah, keputusan tetap di tangan komandan dan perintah hanya dari atasan yang harus dijalankan anak buah.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Andi Widjajanto, berpendapat, terang saja petinggi militer merespons positif pernyataan Presiden Yudhoyono di Istana Cipanas. Sebab, nama baik dan kemampuan petinggi militer memang dipertaruhkan, terutama soal berhasil atau tidaknya mereka menjalankan dan menyempurnakan amanat reformasi internal TNI. Reformasi internal yang seharusnya menjadikan TNI profesional dan mumpuni.

”Sekarang, dengan masih tingginya kecurigaan masyarakat sipil soal wacana pengembalian hak pilih prajurit TNI, itu menunjukkan kegagalan pimpinan militer mematangkan hak politik anggotanya sebagai warga negara,” ujar Andi.

Akibatnya, pengembalian hak memilih sekadar direaksi dengan penuh kecurigaan serta ketakutan oleh kalangan masyarakat sipil jika langkah semacam itu hanya akan memperunyam situasi.

Respons negatif juga diyakini Andi muncul lantaran dalam benak masyarakat masih terdapat trauma dan ketidakpercayaan TNI bisa netral dan tak punya kepentingan politik. Bahkan, bukan tidak mungkin malah memicu terbentuknya kembali faksi dalam tubuh institusi itu.

”Seharusnya jika mau membuat kebijakan seperti itu, pemerintah dan institusi TNI segera mempersiapkan prajuritnya sehingga mereka paham dan tahu bagaimana menggunakan hak politik layaknya warga negara lain. Sekarang akhirnya disadari, hak itu memang dicabut tanpa dilandasi alasan jelas mengapa dilakukan,” kata Andi.

Menurut Andi, jangan sampai Indonesia meniru langkah sejumlah negara di Afrika, semacam Angola, Chad, atau Zimbabwe. Hak pilih prajurit militer mereka dicabut karena ada ketidakpercayaan yang sangat besar terhadap militer terkait kemampuannya untuk bersikap netral.

”Jangan sampai kita turun level seperti negara itu. Bahkan, negara komunis, seperti China dan Vietnam, saja tentaranya dibolehkan memilih, kok. Begitu juga Irak yang baru lepas dari konflik. Kenapa di Indonesia justru jadi tidak normal?” ujar Andi.

Menarik juga untuk menyimak sejumlah pendapat yang dilontarkan beberapa prajurit TNI berpangkat bintara, perwira pertama, dan perwira menengah kepada Kompas, kemarin. Seperti masyarakat umum, mereka juga menanggapi beragam wacana pemberian hak pilih itu.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Nasional
    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Nasional
    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Nasional
    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Nasional
    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Nasional
    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Nasional
    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

    Nasional
    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Nasional
    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Nasional
    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Nasional
    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com