Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Diharapkan Tidak Pasif

Kompas.com - 14/06/2010, 17:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator Indonesia Corruption Watch Danang Widoyoko mengatakan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak harus bersikap pasif terkait langkah Kejaksaan Agung yang mengajukan peninjauan kembali atas putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang mengatakan bahwa penerbitan surat ketetapan penghentian penyidikan (SKPP) Bibit Samad Rianto-Chandra M Hamzah tidak sah.

"Ini yang perlu diluruskan seakan-akan KPK tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu peran kejaksaan. Padahal, KPK mempunyai peran penting dalam kasus ini. Pertama, dalam kasus Anggodo Widjojo, KPK harus yakin pada konstruksi hukum yang dibangun. KPK harus memeriksa semua nama yang terkait dengan kasus Anggodo yang namanya sudah kita dengar di MK (sidang pemutaran rekaman penyadapan). Soalnya, Anggodo hanya bisa berjalan kalau ada pihak berkuasa yang mendukung," kata Danang, Senin (14/6/2010) di Jakarta.

Sebelumnya, hal senada juga disampaikan penasihat hukum Kemitraan untuk Tata Pemerintahan yang Lebih Baik, Dadang Trisasongko, yang juga aktivis Koalisi Masyarakat Sipil.

Menurutnya, jaksa KPK di Pengadilan Tipikor perlu menghadirkan mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komjen Susno Duadji perlu dihadirkan pada persidangan Anggodo. Dengan demikian, diharapkan aktor di balik kasus suap dan upaya kriminalisasi dua pimpinan KPK dapat terungkap.

"Dalam kasus tersebut, Susno masih menjabat sebagai Kabareskrim. Saya harap, dengan kondisi seperti sekarang ini, Susno bisa lebih terbuka karena sudah kepalang basah," ujar Dadang, Minggu kemarin.

Sementara itu, terkait pemilihan calon pimpinan KPK, Danang mengatakan, pimpinan yang akan datang menghadapi tantangan berat. Danang mengatakan, soal tugas KPK, ada dua hal perlu dilakukan oleh pimpinan baru. "Pertama, memperbaiki komunikasi politik dengan pusat-pusat kekuasaan, serta meyakinkan publik untuk terus mendukung KPK," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com