Bukan mustahil ini terjadi karena Anas telah melakukan propaganda politiknya untuk menjadikan PD diurus secara desentralisasi. Tawaran politik ini tentunya amat menggiurkan para aktivis dan pengurus partai di daerah.
Ada pula yang menginterpretasikan bahwa Anas hanyalah ”etalase demokrasi” yang dibangun kelompok Cikeas agar PD tetap dipandang sebagai partai politik yang demokratis agar tetap laku dipasarkan pada pemilu legislatif 2014, sesuatu yang tampaknya jauh panggang dari api.
Keunggulan Anas ialah jaringan partai yang ia bina secara masif menjelang pemilihan ketua umum PD. Jaringan HMI bukan hanya melakukan propaganda politik anti-gerakan ”aklamasi” yang mereka pandang bertentangan dengan ”demokrasi”, melainkan juga mempersiapkan isu- isu politik yang laku dipasarkan kepada kalangan elite partai di tingkat lokal.
Sebagai mantan ketua umum PB HMI, strategi politik yang mengutamakan jaringan sistemik adalah kelihaian Anas. Bukan mustahil pula Anas dibantu secara jaringan dan finansial oleh teman-teman alumni HMI yang bersifat lintas partai.
Terpilihnya Anas sebagai ketua umum DPP PD tentunya membawa imbas politik pada tingkatan internal PD dan juga pada hubungan antarpartai koalisi pendukung pemerintah. Anas harus membuktikan bahwa dirinya adalah ketua umum DPP PD dan bukan tokoh alumnus HMI yang harus mengakomodasi kawan-kawannya.
Anas juga jangan terlalu memosisikan gaya kepemimpinan dirinya identik dengan gaya SBY. Ia harus mampu membuktikan bahwa tanpa karisma SBY PD juga dapat berkiprah dengan baik.
Satu hal krusial yang harus ditangani ialah bagaimana posisi ketua umum PD vis-à-vis ketua Dewan Pembina PD dan ketua harian Sekretariat Gabungan partai-partai koalisi. Akankah Anas diberikan keluwesan bermanuver politik menghadapi ketua harian Sekretaris Gabungan, ataukah otoritas politiknya tetap terbatas seperti dalam kasus Bank Century.
Jika kecurigaan berlebihan muncul di dalam PD bahwa kemenangan Anas adalah buah manuver politik alumni HMI lintas partai, terutama Partai Golkar, bukan mustahil ini akan menimbulkan ketakutan SBY mengenai politik apa lagi
Ikrar Nusa Bhakti Profesor Riset Bidang Intermestic Affairs LIPI, Jakarta