Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agus Condro: Tjahjo Sebut Miranda Bisa Kasih "500"

Kompas.com - 19/03/2010, 18:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Miranda S Gultom disebut-sebut bisa memberikan "500" jika terpilih sebagai deputi gubernur senior BI atau DGS-BI 2004-2009.

Informasi ini terungkap dari kesaksian mantan anggota Fraksi PDI-P DPR, Agus Condro Prayitno, dalam persidangan terdakwa Dudhie Makmun Murod di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Jumat (19/3/2010).

Agus mengatakan, sekitar dua pekan sebelum pemilihan DGS-BI, pimpinan Fraksi PDI-P mengadakan pertemuan internal di ruang Poksi IX Gedung Nusantara DPR-RI. Di sana, kata Agus, Ketua Fraksi PDI-P Tjahjo Kumolo menginstruksikan agar anggota fraksinya memilih Miranda Gultom sebagai DGS-BI.

Saat itu, kata Agus, Tjahjo bahkan mengatakan bahwa Miranda bisa memberikan hingga "500". "Pak Tjahjo bilang, Bu Miranda bisa kasih '300', tapi kalau kita minta '500' beliau juga tidak keberatan," ungkapnya kepada majelis hakim yang diketuai Nani Indrawati.

Agus tak merinci maksud satuan untuk angka "300" dan "500" itu. Yang jelas, Agus Condro kemudian menerima cek senilai Rp 500 juta dari Dudhie di ruang Emir Moeis dalam sebuah amplop putih.

Emir Moeis adalah Ketua Komisi IX dari Fraksi PDI-P. "Satu hari setelah pemilihan saya diberi tahu supaya naik ke ruangannya Pak Emir Moeis. Yang memberi tahu Pak William Tutuarima," kata Agus kepada majelis hakim yang diketuai Nani Indrawati.

Menurutnya, Dudhie tidak mengatakan apa pun saat hal itu berlangsung kepada anggota yang hadir terkait pemberian tersebut. Kepada majelis hakim, ia menduga uang tersebut merupakan tanda terima kasih setelah pemilihan DGS-BI. "Kasarnya, ini uang suap," imbuhnya.

Seperti diketahui, F-PDIP diduga menerima dana berupa cek perjalanan senilai Rp 9,8 miliar dalam kasus dugaan suap pemilihan DGS-BI tersebut. Dalam sejumlah dakwaan pada persidangan-persidangan sebelumnya, cek tersebut diterima oleh Dudhie Makmun Murod melalui Ari Malangjudo atas perintah Nunun Nurbaeti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

    Nasional
    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Nasional
    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Nasional
    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Nasional
    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Nasional
    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Nasional
    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Nasional
    Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

    Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

    Nasional
    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasional
    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Nasional
    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    Nasional
    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com