Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hartono Didesak Mundur dari Ketua Umum PKPB

Kompas.com - 23/11/2009, 13:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Jenderal Purn H R Hartono dan Hartanto didesak mundur dari jabatan masing-masing sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Partai Karya Peduli Bangsa atau PKPB. Keduanya dianggap otoriter dan tidak demokratis dalam memimpin partai.

"Gerakan partai sangat tidak demokratis, dan landasan partai telah bergeser. Pimpinan otoriter dan mengaku demokratis, padahal tidak," ujar Ramzy Tadjoedin, Ketua DPP PKPB, dalam konferensi pers di kantor PKPB, Jakarta (23/11).

Ia menuturkan, Hartono dan Hartanto selalu mengambil keputusan secara sepihak dan selalu berubah-ubah dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Ia mengatakan, dalam tubuh PKPB juga terjadi krisis dan degradasi kepemimpinan PKPB. Pasalnya, PKPB telah gagal dalam dua kali pemilu, yaitu 2004 dan 2009, sehingga tidak memenuhi parliamentary treshold sebesar 2,5 persen. "Suara kita justru menurun, dari 1,4 persen pada tahun 2004, menjadi 1,2 persen pada tahun 2009," kata dia.

Selain itu, ia melanjutkan bahwa di daerah saat ini terjadi banyak konflik yang berkepanjangan. Terdapat juga pemerasan finansial terhadap ketua dan pengurus DPD kabupaten kota dan anggota DPRD terpilih.

Hendro Saryanto, Ketua DPD PKPB Provinsi DKI, menambahkan bahwa perombakan total dalam tubuh partai diperlukan. Pasalnya, hingga saat ini PKPB tidak mempunyai tokoh selain Hartono. Padahal, Ketua Umum dan Sekjen PKPB telah gagal dalam mengemban amanat dan konstitusi partai yang tertuang dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai.

"Adanya instruksi-instruksi pemecatan yang diberikan oleh DPP PKPB kepada struktur di bawahnya tidak sejalan dengan AD/ART," kata dia.

Hendro mengaku, sebanyak dua pertiga DPD PKPB telah meminta agar Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal untuk mundur. Selain itu, para pengurus PKPB juga telah sepakat untuk mengembalikan partai kepada keluarga Alm Soeharto sebagai pendiri PKPB.

"Kami bertekad memperbaiki partai. Ketua Umum dan Sekjen harus mundur dan kepemimpinan partai dikembalikan ke keluarga Cendana," ungkapnya.

Menanggapi permintaan tersebut, Sekjen PKPB Hartarto menolak berkomentar. "Pak Sekjen telah mengetahui (desakan mundur) itu. Beliau baru berkomentar setelah rapat pleno besok," ujar Wasekjen PKPB Purnomo.

Menurutnya, permintaan mundur tersebut adalah hal yang wajar, tetapi harus dibahas dalam rapat pleno partai. "Permintaan mundur boleh saja, tapi diserahkan pada rapat pleno. Tidak bisa satu orang minta seseorang orang untuk mundur," jawabnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com