Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pekan Depan, DPR Minta Klarifikasi Kapolri

Kompas.com - 11/11/2009, 13:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi Hukum (Komisi III) Gayus Lumbuun mengatakan, pencabutan berita acara pemeriksaan (BAP) yang dilakukan Wiliardi Wizar saat bersaksi pada sidang pembunuhan Nasruddin dengan terdakwa Antasari Azhar, harus ditindaklanjuti.

Wiliardi mengaku, pemberkasan tiga dari lima BAP yang ditandatanganinya merupakan rekayasa penyidik Polri. Dikatakan Gayus, klarifikasi akan dilakukan kepada Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, pekan depan.

"Karena tidak satu orang saja yang mencabut BAP. Dan orang-orang yang mencabut BAP ini merupakan bagian dari kunci persoalan. Kami akan klarifikasi tentang pencabutan BAP Williardi kepada Kapolri karena ini kewajiban Komisi III," kata Gayus, Rabu (11/11), di Gedung DPR, Jakarta.

Pekan depan, Komisi III dijadwalkan menggelar rapat kerja gabungan yang mempertemukan tiga institusi penegak hukum yaitu Kepolisian RI, Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kejaksaan Agung.

Gayus menambahkan, BAP merupakan bagian yang tidak berdiri sendiri. Akan tetapi, merupakan bagian dari proses menuju persidangan. "Isi BAP juga menyangkut banyak pihak sehingga harus diklarifikasi dan diusut secara khusus jika ada yang mencabut BAP. Penyidik juga harus bisa menjelaskan," ujarnya.

Kasus Antasari Perlu Diteliti

Pengakuan Wiliardi tersebut juga memunculkan dugaan adanya rekayasa atas kasus Antasari. Hal itu juga dinilai perlu diteliti lebih jauh. Dikatakan Gayus, alur berpikir melihat kasus ini harus runtut. Seperti pernah diungkapkannya, saat dijerat kasus pembunuhan, Antasari baru saja memulai pengusutan indikasi kejahatan pada IT KPU.

"Antasari sempat mengatakan kepada Almarhum (Nasruddin) agar diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya mengusut kasus IT KPU karena ada indikasi kejahatan. Pada waktunya akan ada pembuktian apakah kriminalisasi terhadap pimpinan KPK benar terjadi," ujar Gayus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com