Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kini, Cuma Tujuh Nomad Tersisa

Kompas.com - 08/09/2009, 06:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sungguh memprihatinkan nasib kekuatan armada intai dan patroli Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL). Untuk melakukan patroli dan pengintaian di Indonesia yang memiliki 17.000 pulau, TNI-AL hanya memiliki 19 pesawat intai jenis Nomad, dan lima pesawat CASA. Padahal, perairan Indonesia sangat luas, dan berbatasan dengan banyak negara.

Dari 19 pesawat intai, menurut Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul, hanya 14 unit saja yang masih bisa beroperasi dan memiliki anggaran perawatan. "Dari jumlah tersebut, tinggal delapan unit yang layak terbang," ujar Iskandar ketika dihubungi Kompas.com, Senin (7/9) malam.

Namun, setelah kecelakaan udara yang menimpa Nomad jenis P-837, Senin di sekitar perairan Kalimantan Timur, praktis kekuatan armada patroli dan intai TNI-AL kembali berkurang.

Nomad merupakan pesawat patroli dan intai buatan Australia pada periode 1974-1984. Pesawat ini kemudian baru digunakan Indonesia sejak 1997.

Lebih memprihatinkan lagi, kini pabrik buatan Nomad telah tutup dan tidak memproduksi jenis pesawat intai tersebut. Cukupkah armada TNI-AL untuk berpatroli dan mengintai? "Ya, dicukup-cukupin saja," ujar Iskandar sambil tertawa.

Iskandar menambahkan, sebenarnya minimum essential force TNI-AL sebenarnya 40 pesawat patroli dan pengintai. Anggota Komisi I DPR RI Andreas Pareira, yang juga Ketua Pansus RUU Peradilan Militer, meminta agar TNI segera mengandangkan alat utama sistem senjata yang telah usang. "Dengan tambahan anggaran pertahanan dari Rp 35 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 40,6 triliun pada tahun 2010, diharapkan, kecelakaan alutsista dapat berkurang. TNI juga diharapkan dapat menggunakan anggaran tambahan tersebut untuk melakukan maintanance terhadap alutsista yang masih laik jalan," ujarnya.

Sementara itu, pengamat militer Jaleswari Pramowardhani mendorong TNI untuk berani menggunakan anggaran yang ada untuk membeli alutsista yang baru ketimbang mempertahankan alutsista yang usang dan memiliki biaya perawatan tinggi. "TNI harus berani meng-grounded yang jelek karena ini berkaitan dengan nyawa prajurit kita," ujarnya.

Bagi Jaleswari, lebih baik mengalokasikan dana perawatan empat kapal selam usang untuk mencicil kapal selam baru yang memiliki peralatan canggih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Tangkap 3 Tersangka 'Ilegal Fishing' Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Polri Tangkap 3 Tersangka "Ilegal Fishing" Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Nasional
PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

Nasional
Kesaksian JK di Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

Kesaksian JK di Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

Nasional
DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

Nasional
Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nasional
Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Nasional
Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

Nasional
Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

Nasional
Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

Nasional
Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Nasional
Para 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

Para "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

Nasional
Soal Kelas BPJS Dihapus, Menkes: Dulu 1 Kamar Isi 6-8 Orang, Sekarang 4

Soal Kelas BPJS Dihapus, Menkes: Dulu 1 Kamar Isi 6-8 Orang, Sekarang 4

Nasional
Babak Baru Kasus Vina Cirebon: Ciri-ciri 3 Buron Pembunuh Diungkap, Polri Turun Tangan

Babak Baru Kasus Vina Cirebon: Ciri-ciri 3 Buron Pembunuh Diungkap, Polri Turun Tangan

Nasional
Wacana Kabinet Gemuk: Kemunduran Reformasi Birokrasi?

Wacana Kabinet Gemuk: Kemunduran Reformasi Birokrasi?

Nasional
Gaya Pemerintahan Prabowo Diharap Tidak Satu Arah seperti Orde Baru

Gaya Pemerintahan Prabowo Diharap Tidak Satu Arah seperti Orde Baru

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com