JAKARTA, KOMPAS.com — Sungguh memprihatinkan nasib kekuatan armada intai dan patroli Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL). Untuk melakukan patroli dan pengintaian di Indonesia yang memiliki 17.000 pulau, TNI-AL hanya memiliki 19 pesawat intai jenis Nomad, dan lima pesawat CASA. Padahal, perairan Indonesia sangat luas, dan berbatasan dengan banyak negara.
Dari 19 pesawat intai, menurut Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul, hanya 14 unit saja yang masih bisa beroperasi dan memiliki anggaran perawatan. "Dari jumlah tersebut, tinggal delapan unit yang layak terbang," ujar Iskandar ketika dihubungi Kompas.com, Senin (7/9) malam.
Namun, setelah kecelakaan udara yang menimpa Nomad jenis P-837, Senin di sekitar perairan Kalimantan Timur, praktis kekuatan armada patroli dan intai TNI-AL kembali berkurang.
Nomad merupakan pesawat patroli dan intai buatan Australia pada periode 1974-1984. Pesawat ini kemudian baru digunakan Indonesia sejak 1997.
Lebih memprihatinkan lagi, kini pabrik buatan Nomad telah tutup dan tidak memproduksi jenis pesawat intai tersebut. Cukupkah armada TNI-AL untuk berpatroli dan mengintai? "Ya, dicukup-cukupin saja," ujar Iskandar sambil tertawa.
Iskandar menambahkan, sebenarnya minimum essential force TNI-AL sebenarnya 40 pesawat patroli dan pengintai. Anggota Komisi I DPR RI Andreas Pareira, yang juga Ketua Pansus RUU Peradilan Militer, meminta agar TNI segera mengandangkan alat utama sistem senjata yang telah usang. "Dengan tambahan anggaran pertahanan dari Rp 35 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 40,6 triliun pada tahun 2010, diharapkan, kecelakaan alutsista dapat berkurang. TNI juga diharapkan dapat menggunakan anggaran tambahan tersebut untuk melakukan maintanance terhadap alutsista yang masih laik jalan," ujarnya.
Sementara itu, pengamat militer Jaleswari Pramowardhani mendorong TNI untuk berani menggunakan anggaran yang ada untuk membeli alutsista yang baru ketimbang mempertahankan alutsista yang usang dan memiliki biaya perawatan tinggi. "TNI harus berani meng-grounded yang jelek karena ini berkaitan dengan nyawa prajurit kita," ujarnya.
Bagi Jaleswari, lebih baik mengalokasikan dana perawatan empat kapal selam usang untuk mencicil kapal selam baru yang memiliki peralatan canggih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.