Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Noordin Belum Terkonfirmasi

Kompas.com - 09/08/2009, 05:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Jasad pria yang ditemukan di rumah di Dusun Beji, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, pascapenyerbuan anggota Tim Polisi Antiteror belum teridentifikasi. Dengan demikian, hingga Sabtu (8/8), keberadaan buronan teroris Noordin M Top belum dapat dipastikan. Operasi polisi antiteror masih terus berlanjut.

Kepala Polri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri, Sabtu petang, menegaskan, operasi terorisme tak akan berhenti pascapenyerbuan di Temanggung, Solo (Jawa Tengah), dan Jatiasih, Bekasi (Jawa Barat), Jumat (7/8) hingga Sabtu.

Seusai menerima laporan Kapolri, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar jumpa pers di Kantor Kepresidenan. Presiden Yudhoyono yakin, dengan laporan rinci operasi penegakan hukum yang dilakukan aparat kepolisian di tiga lokasi secara maraton dapat mengungkap semua mata rantai aksi terorisme akhir-akhir ini. Operasi penegakan hukum adalah tugas negara untuk melindungi keselamatan rakyat Indonesia.

Presiden Yudhoyono pun memberikan apresiasi kepada aparat kepolisian atas kinerjanya. Wakil Presiden Jusuf Kalla pun memberikan apresiasi.

Ditanya soal mayat yang ditemukan di rumah apakah itu Noordin M Top, Kapolri dalam jumpa pers mengatakan, ”Kita belum berani sebutkan siapa yang bersangkutan. Harus dicek DNA-nya dengan pihak keluarga dan istri, silakan lihat. Dengan demikian, kita tidak katanya, tidak menduga-duga.”

Meskipun spekulasi yang berkembang jenazah tersebut diduga sebagai Noordin M Top, hingga Sabtu malam Asludin Hatjani, pengacara dari Arina Rahmah— istri dari laki-laki yang mirip Noordin—menyebutkan, polisi belum meminta Arina atau pihak keluarga untuk mengenali jenazah tersebut.

Dalam penyerbuan maraton tim polisi antiteror di Kedu, Temanggung, sekitar pukul 09.30 ditemukan jenazah pria di kamar mandi dengan luka tembak di beberapa titik tubuhnya. Polisi menyerbu rumah milik Muhjahri (60) itu sejak Jumat sekitar pukul 16.00.

Jenazah pria itu lalu dievakuasi dengan peti jenazah sekitar pukul 10.15 dan tiba di RS Polri Sukanto pukul 16.48.

Penyerbuan terhadap pria misterius itu bermula dari keterangan Aris (30) dan Hendra (28)—keponakan dari Muhjahri—yang ditangkap Jumat. Menurut Muhjahri, pria misterius itu empat hari lalu atau Senin dibawa ke rumahnya oleh Aris dan Hendra dari Jatiasih, Bekasi.

Anak Muhjahri, Tataq Lusiyanto (30), tahun 2006 ditangkap polisi terkait pengeboman Hotel JW Marriott 2003. Keberadaan Tataq kini tak jelas.

Rencana peledakan

Sabtu sekitar pukul 01.00 tim polisi antiteror menyerbu sebuah rumah di Perumahan Puri Nusa Phala di Jatiasih. Rumah itu disewa laki-laki yang mengaku bernama Ahmad Fery yang tak lain adalah Amir Abdillah, yang ditangkap Kamis (6/8) di kawasan Semper, Jakarta Utara. Amir—karyawan hotel berbintang di Jakarta—adalah pemesan kamar bernomor 1808 di Hotel JW Marriott.

Polisi membuntuti mobil Daihatsu Xenia warna merah bernomor polisi AD 9324 DD sejak dari Solo, Jawa Tengah. Mobil itu tiba di rumah Blok D Nomor 12, Puri Nusa Phala, sekitar pukul 01.00. Mobil berisi dua orang, yakni Air Setyawan dan Eko Joko S.

Ketika dikepung, keduanya sempat hendak berupaya melemparkan bom pipa. Polisi langsung mengeluarkan beberapa kali tembakan ke arah mobil, yang lalu menewaskan keduanya. Tim Indonesia Automatic Finger Print Identification System (Inafis) menyebutkan, pada tiap-tiap jasad ada bekas luka tembak tak lebih dari lima lubang.

Setelah penembakan itu, sekitar pukul 02.49 Kapolri tiba di Puri Nusa Phala, lalu disusul sejumlah pejabat Polri lainnya. Polisi kemudian berupaya menjinakkan bom jebakan di pintu masuk. Sementara kedua jasad dievakuasi dengan ambulans tepat pukul 04.00.

Kapolri menuturkan, rumah di Puri Nusa Phala itu sempat menjadi rumah persembunyian Noordin setelah peledakan di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton. Hal itu berdasarkan keterangan Amir Abdillah. Di rumah itu juga sedang disiapkan rencana ledakan selanjutnya yang berkisar dua pekan lagi. Sasaran yang dituju adalah iring-iringan kendaraan Presiden Yudhoyono dari kediamannya di Cikeas, yang hanya sekitar 15 menit dari Puri Nusa Phala.

Modus peledakan itu direncanakan dengan bom mobil memakai mobil bak terbuka Mitsubishi Jet Star yang sudah digerinda nomor sasis dan nomor mesinnya. Calon pelaku bom bunuh diri yang akan mengendarai mobil itu adalah Ibrohim, penata bunga di Ritz-Carlton.

Hasil interogasi polisi terhadap Amir menyebutkan, penyerangan terhadap Presiden itu bertujuan memberikan pelajaran atas eksekusi mati terhadap rekan mereka, Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudra. Presiden juga dianggap memimpin negara sekuler ala Barat yang bertentangan dengan ideologi mereka.

Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri juga pernah dua kali direncanakan untuk dibunuh pada tahun 2001. Berdasarkan pengakuan Umar Al-Faruq, salah satu anggota jaringan Al-Jamaah Al-Islamiyah, rencana pembunuhan kedua yang digalang Faruq gagal ketika bom meledak lebih dulu di Plaza Atrium Senen, Jakarta, 1 Agustus 2001. Saat peristiwa itu, Megawati tengah memimpin rapat DPP PDI-P di Jalan Pecenongan. Berdasarkan keterangan Amir, pada 30 April 2009 di Kuningan, Jawa Barat, Noordin memimpin rapat koordinasi pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton. (HAN/DEN/EGI/WER/bee/EKI/CAL/ADP/ECA/INU/HAR/cok/sf)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com