Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makelar, Proporsional, dan Presidensial

Kompas.com - 16/07/2009, 07:59 WIB

KOMPAS.com — Kerumitan tampaknya akan muncul jelang Susilo Bambang Yudhoyono yang berpasangan dengan Boediono menyusun kabinetnya.

Masa seusai Pilpres 2004 putaran kedua sampai pelantikan Yudhoyono yang berpasangan dengan Jusuf Kalla menggambarkan bagaimana rumitnya menyusun kabinet seusai kemenangan. Padahal, saat itu SBY-JK hanya didukung tiga parpol utama dan lima partai pendukung setelah putaran kedua.

Sampai menjelang akhir hari pertama pemerintahan baru hasil Pilpres 2004 terbentuk, kabinet belum juga terbentuk. Padahal, ketika itu Yudhoyono menjanjikan pemerintah siap bekerja pada hari pertama.

Matriks kabinet memang sudah dibuat Yudhoyono dibantu Kalla. Namun, ketika matriks itu dibawa ke Istana, keseimbangan sesuai yang dikehendaki secara ideal tidak juga didapat. Beberapa calon menteri diminta berjaga di dekat-dekat Istana Merdeka. Sebelum hari berganti, janji terbentuknya kabinet harus dipenuhi.

Rabu, 20 Oktober 2004, pukul 23.47, Yudhoyono didampingi Kalla sebagai Presiden dan Wapres terlantik mengumumkan susunan kabinet yang terdiri dari 36 orang. Tidak ideal memang. Namun, waktu tidak bisa lagi menunggu. Kabinet yang diberi nama Kabinet Indonesia Bersatu dilantik pada 21 Oktober 2004 pukul 10.00 di Istana Merdeka.

Ketidaksempurnaan susunan kabinet ketika itu diterima dengan harapan evaluasi tahunan yang dijanjikan. Janji evaluasi diikuti perombakan kabinet itu dipenuhi. Anggota kabinet yang dinilai tidak layak diganti dan yang dinilai tidak tepat posisinya dirotasi.

Untuk sampai pada posisi kabinet yang lebih ideal itu, energi yang dikuras banyak sekali. Itu belum termasuk hilangnya banyak waktu dan kesempatan karena tidak layaknya kerja dan kinerja para pembantu Presiden.

Beberapa pengalaman ”buruk” itu tampaknya tidak ingin diulangi. Peluang memperbaiki memang terbuka. Sinyal-sinyal awal telah dinyatakan Yudhoyono. Namun, upaya itu tidak mudah dilalui. Langkah Yudhoyono memilih Boediono sebagai cawapres menggambarkan bagaimana energi banyak terbuang karena tingginya resistensi.

24 mitra koalisi

Jika dalam Pilpres 2004 hanya tiga partai utama dan lima partai pendukung putaran kedua yang berkoalisi, sejak awal Pilpres 2009 ada 24 partai yang berkoalisi mendukung Yudhoyono-Boediono. Sulit membayangkan bagaimana Yudhoyono membuat kabinetnya mendatang proporsional seperti dijanjikan kepada partai politik mitra koalisi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

Nasional
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com