Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saparinah Sadli Selalu Dalam Proses Menjadi

Kompas.com - 25/06/2009, 05:39 WIB

Ia menolak comfort zone, dan tak segan bersinggungan dengan hal-hal baru, termasuk teknologi. “Dulu mau kirim e-mail saja dibantu Pak Sadli,” katanya.

Keinginannya untuk terus belajar tidak datang tiba-tiba. Dari dulu ia suka belajar, termasuk dari mantan mahasiswanya yang menjadi rekan kerjanya, khususnya dalam bidang studi feminis. Aktivitas yang banyak menggunakan otak itu juga membantunya mencegah dimensia.
“Sampai sekarang saya bekerja dengan anak-anak muda. Saya beruntung karena mereka masih mengajak saya,” papar Bu Sap, menepis mitos ‘perekat’ para aktivis feminis.

Apa yang dipelajari?
Saya tidak terlalu suka lagi ke seminar. Saya mau yang aktif, seperti membantu melatih ibu-ibu kelas menengah bawah dalam program pendidikan sebaya yang diselenggarakan YKP. Juga program pendidikan bidan modern yang diikuti anak-anak muda dan keluarga dukun (bayi) dari desa dan pelosok. Saya kagum pada perjuangan mereka dan belajar banyak dari interaksi ini.

Bisa sedikit dipaparkan soal penelitian itu?

Kita meneliti sejauh mana upaya mengintegrasikan gender dan kesehatan reproduksi dalam buku-buku pelajaran. Tetapi temuan awal cukup memprihatinkan. Tentang kespro, misalnya, yang diajarkan mengenai hygiene itu lebih mengacu pada agama. Seks bebas dikatakan sebagai pengaruh Barat. Itu yang diajarkan ke anak-anak. Penerbit di sini samasekali tidak mengerti.

Masih sangat panjang

Nama Saparinah Sadli tak bisa dipisahkan dari kelahiran Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Oktober 1998, yang kemudian ia pimpin sampai tahun paruh pertama tahun 2004.

Komisi yang menjadi tonggak penting perjuangan perempuan itu sampai sekarang masih menjadi satu-satunya komisi nasional di dunia yang secara spesifik menyebut ‘anti kekerasan terhadap perempuan’.

Bagian perjalanannya mulai masa reformasi sampai awal tahun 2000-an penuh badai. Ia berada di depan bersama sekolompok tokoh dan aktivis perempuan yang menghadap Presiden Habibie untuk mendesak agar pemerintah mengakui dan minta maaf atas terjadinya pemerkosaan terhadap sejumlah perempuan etnis Tionghoa dalam kerusuhan Mei 1998. Sejak peristiwa itu kekerasan seksual di daerah-daerah operasi militer mulai terkuak.

Sampai usia 75-an, Bu Sap masih melakukan perjalanan ke Papua, Timor Timur (dulu), Aceh, dan ke pelosok-pelosok negeri. Ia mendorong para aktivis muda yang bekerja untuk hak-hak perempuan, khususnya di akar rumput, melalui Saparinah Sadli Award sejak tahun 2006.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com