Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hercules dan Masa Depan TNI AU

Kompas.com - 22/05/2009, 06:45 WIB

Tak lama setelah tiba di Indonesia, misi pertama Hercules adalah operasi pembebasan Irian Barat. Dua C-130B terbang ke Irian pada 19 Mei 1962. Setelah itu, dalam pengabdiannya di TNI AU, sejumlah Hercules mengalami musibah.

Yang pertama adalah hilangnya Hercules C-130B dengan nomor registrasi T-1307 pada misi Dwikora 1 September 1964. Lalu, 16 September 1965 T-1306 tertembak oleh pasukan darat sendiri di Long Bawang.

Masih ada kecelakaan yang melibatkan Hercules Patroli Maritim A-1322 di Sibayak pada 21 November 1985. Tetapi, yang amat menggetarkan adalah musibah yang terjadi seusai HUT TNI 5 Oktober 1991. Pesawat yang akan terbang mengangkut kembali 121 anggota Pasukan Khas TNI AU ke Bandung itu jatuh di Condet, Jakarta Timur.

Populasi Hercules TNI AU menyusut lagi dengan jatuhnya A-1325 di Magetan. Dalam edisi 2008 The Military Balance IISS disebutkan bahwa komposisi Hercules di TNI AU mencakup 8 unit C-130B, 2 unit KC-130B, 4 unit C-130H, dan 6 unit C-130H-30 sehingga total ada 20 sebelum musibah Magetan.

TNI AU juga telah mengupayakan peremajaan Hercules. Seperti diberitakan situs Defence World (27/22/2008), Singapore Technology Engineering melalui anak perusahaannya, ST Aerospace, telah dipercaya untuk memudakan empat Hercules C-130B TNI AU dengan kontrak senilai 51 juta dollar AS. Dengan program ini, tipe B  diupayakan menjadi tipe H.

Semua upaya itu tentunya dimaksudkan untuk membuat komponen transpor TNI AU semakin tangguh. Tetapi, program retrofit atau peremajaan ini semestinya juga disertai dengan program pengurangan kecelakaan. Ini pula sebenarnya yang menjadi program KSAU demi KSAU.

Demikian terobsesinya TNI AU dengan upaya pengurangan kecelakaan sehingga TNI AU juga mencanangkan Peta Jalan menuju Kecelakaan Nol (Road Map to Zero Accident). Sayang bahwa kecelakaan bukannya makin surut, tetapi justru makin bertambah.

Komitmen politik

Pada masa Orde Baru, mendiang Presiden Soeharto yang memimpin Indonesia selepas era konfrontasi amat menenggang perasaan negara-negara tetangga, khususnya Malaysia dan Singapura, yang terkena dampak langsung politik konfrontasi. Karena itu pula anggaran pertahanan Indonesia relatif kecil, di bawah 5 persen produk domestik bruto.

Kini zaman telah berubah. Sejumlah perkembangan di kawasan seperti dialami sendiri oleh Indonesia sehubungan dengan isu Ambalat menuntut Indonesia untuk lebih realistis dalam merespons isu keamanan.

Sayang bahwa perekonomian Indonesia sejak krisis 1997 tak kunjung pulih meyakinkan. Pada sisi lain, rupiah yang telah susut nilainya hanya bisa melihat harga-harga alutsista yang bernilai puluhan, bahkan ratusan juta dollar, atau dalam rupiah menjadi ratusan miliar bahkan triliunan. Padahal, kebutuhan lain terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial masih mendesak.

Meski demikian, tetap harus ada komitmen politik dari pimpinan nasional terhadap pertahanan. Tanpa komitmen kuat pula, TNI AU dan angkatan lain, akan beroperasi tidak optimal karena menerbangkan pesawat pun dibutuhkan persyaratan minimal guna membuat penerbang bisa melaksanakan tugas-tugasnya dengan profesionalitas penuh dan hati mantap karena diliputi perasaan sejahtera.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com