Jenazah Pratu Didik Kurniawan tiba di rumah duka di Kasuran, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Selasa. Kedatangan jenazah juga disambut isak tangis keluarga, terutama istri Didik, Dwi Lestari (25), yang mengandung anak pertama mereka. Usia kehamilan Dwi saat ini delapan bulan.
Sebelumnya, tujuh korban kecelakaan pesawat F-27, termasuk Didik, disambut dengan upacara militer di Lanud Adisutjipto, Yogyakarta. Enam korban lain adalah Letnan Satu Wahyu Nanik Sardi, Prada Heru Kustanto, Pratu Ari Purwanto Putro, Prada Ipnu Setiawan, Prada Dedi Jati Kuncoro, dan Pratu Darmanto. Mereka dimakamkan di daerah masing- masing.
Jenazah Letnan Satu (Psk) Dhani Ariadi Koto, korban lain, dimakamkan di Limau Manis, Padang. Keluarga, kerabat, dan anggota TNI AU mengiringi pemakamannya.
Dari Makassar, tiga jenazah korban, yakni Lettu (Psk) Baso Nai, Pratu Abdul Kadir, dan Prada Faisal Rezki, diterima di Bandara Sultan Hasanuddin. Upacara serah terima jenazah kepada keluarga dipimpin Komandan Pangkalan TNI AU Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama TNI IB Putu Dunia. Setelah upacara, ketiga peti jenazah dimasukkan ke tiga ambulans. Isak tangis keluarga dan kerabat pun terjadi.
Menurut Andi, TNI perlu segera menerapkan mekanisme pengelolaan alutsista transisional, yang di dalamnya tegas disebutkan perlunya reduksi. ”Jika tidak, ibaratnya prajurit TNI selalu berada dalam ’peti mati’ yang sewaktu-waktu akan membunuh mereka,” ujarnya.
Pengurangan alutsista itu, kata Andi, tak hanya untuk pesawat, tetapi juga alutsista lain yang berfungsi mengangkut personel. Kini tingkat kesiapan alutsista TNI tak lebih dari 40 persen.
Andi mengakui, reduksi akan mengakibatkan kekosongan alutsista TNI. ”Sebab, alutsista yang dikurangi tidak bisa digantikan langsung akibat anggaran yang minim. Namun, itu harus berani diambil,” ujarnya.
Namun, KSAU mengatakan tidak ada masalah dengan kelaikan F-27 Troopship/A-2703 yang jatuh di Bandung. Karena itu, berbagai pihak tak perlu mengaitkan usia atau tahun produksi pesawat dengan kelaikan terbangnya. Selama perawatannya baik dan pesawat dinyatakan laik terbang, usia pesawat bukan masalah.
”Pesawat Hercules yang usianya lebih lama saja laik terbang. Jika pesawat tak laik, saya suruh menerbangkan, sama saja saya membunuh anak buah. Pesawat tempur Raptor (F-22) Amerika Serikat saja bisa jatuh,” katanya.
Di Jakarta, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan masih ada daftar belanja alutsista TNI yang diusulkan sejak tahun 2005 belum direalisasikan hingga kini sehingga anggaran yang dialokasikan untuk pembeliannya pun tak terpakai.