Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puisi-puisi Timur Sinar Suprabana

Kompas.com - 20/12/2008, 21:06 WIB

negeri macam apa ini, saudara?
nestapa macam bagaimana pula yang tengah dikandungnya?

semarang 2008

Timur Sinar Suprabana:
sajak dari punggung bukit

dari punggung bukit di mana ketika itu aku berdiri dalam kegamangan
sembari mengenangkan engkau, o, yang makin berjarak dengan ingatan:
aku menyaksikan lingir langit berhimpit dengan akhir hamparan laut
yang kian menjauhkanku dari kemungkinan kembali berpaut.
barangkali itulah sebab mengapa aku seperti mengapung dan melayang
sebagai rasa bimbang yang kehilangan pegangan dan jalan terang.

mungkin benar, sebaiknya mulai sekarang kuklikop saja ingatan tentangmu
dan tak usah menjaga hurufhuruf yang selalu kupakai menuliskan namamu.
barangkali betul mesti begini: berkemas, pergi, menumpas segala peduli
meski hidup bakal pasi, basi dan tiada pernah lagi mencecap manis gelali.
seperti kesunyian ruang berudara kosong, berdebu, penuh bercak di dinding
di mana dulu kita melekapkan berkasberkas rencana dan harapan tak berdaging.

kekasihku, tanah air hatiku, tumpah darah kalbuku, pautan tulangtulang igaku
mengapa engkau kini menjadi muasal kemeranaan yang menestapakan hidupku?
aku merana kerna Cinta terbuktikan melalui ibu yang meracun anak-anaknya,
aku menestapa kerna makin banyak yang kehilangan keteguhan akal sehatnya,
aku merana dan menestapa kerna harapan kian kehilangan daya juang
dan juga kerna berbilang orang tak lagi punya peluang selain jadi pecundang.

kekasihku, tanah air hatiku, tumpah darah kalbuku, pautan tulangtulang igaku
mengapa engkau mempedayaiku lewat mitosmitos yang berumah di masa lalu?
mengapa engkau menipuku dengan undangundang, kepres dan perda
yang ternyata tak membuktikan apaapa dan tiada mengajak tiba ke manamana?
apakah kamu telah menjadi padang pembiakan yang melahirkan para pembual,
makelar, germo, penipu, maling, pemalsu, gangsir, begal dan tukang jagal?
kerna kamu selalu membisu dan meludahkan pertanyaanpertanyaanku
maka dengan sedihpilu dan tersedu kuputuskan menglikop kamu dari ingatanku
dan menghapusmu dari garismaris yang terpeta di telapaktanganku.

Timur Sinar Suprabana:
kota lintangpukang

inilah kota lintangpukang, saudara.
kota di mana kabel listrik dan kabel telepon
terentang centangperentang tak kenal karuan.
menerobos daun, dahan dan ranting pohon-pohon
yang batangnya jadi tempat memakukan iklan panti pijat
dan seruan sia-sia yang meneriakkan perlunya
tak henti menciptakan kerukunan antar umat beragama,
meski padahal tak terdapat silang sengketa di antara mereka.

mengapa iklan panti pijat bertebaran di penjuru kota?
apakah orang-orang di kota ini lebih banyak
yang letih dan kecapekan ketimbang mereka yang segar
dan tahu jalan mewujudkan harapan?
mengapa jumlah selebaran seruan
menciptakan kerukunan antar umat beragama
lebih banyak dibanding informasi ketersediaan lapangan kerja?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com