Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puisi-puisi Timur Sinar Suprabana

Kompas.com - 20/12/2008, 21:06 WIB

aku berpikir, bahkan berharap, akulah yang kirik.
sedangkan negeri ini dan rakyatnya dalam keadaan baik-baik.

tapi apanya yang dalam keadaan baik-baik?

di bawah cahya terik matahari yang sungguh terang dan benderang:
aku menyaksikan seorang perempuan mencuri beras yang sedang ditanak.
aku menyaksikan seorang anak kelas empat esde gantung diri
di bawah pohon jambu air di belakang rumah dengan kawat
yang semula dipakai ibunya sebagai tali jemuran.
aku menyaksikan remaja dibakar massa karena ketahuan
mencuri kotak amal di sebuah masjid.
aku menyaksikan seorang lelaki membongkar makam neneknya
dan menyantabnya sambil merapal mantra.
aku menyaksikan guru ngaji berulang melakukan pemerkosaan.
aku menyaksikan putra altar ditunggingkan di samping pastoran
dan disodomi sampai kesurupan.
aku menyaksikan seorang polisi membakar orang karena rebutan wedokan!
aku menyaksikan seorang ibu membunuh tiga putranya
dan ibu yang lain lagi meracun mati lima anaknya.
aku menyaksikan seorang ayah bertahun-tahun menggauli
anak perempuan kandungnya.
aku menyaksikan seorang kakek menghamili cucunya sendiri.
aku menyaksikan seorang anak membunuh ibu, ayah dan paman
serta kakeknya sambil tak henti menyanyikan lagu indonesia raya!

aku menyaksikan segerombolan orang menyembelih perempuan hamil,
membongkar perutnya, membetot janin di dalamnya,
mencengkeram salah satu kakinya, menjungkirkannya
dan mengacung-acungkannya ke udara sembari berkali berteriak,
“merdeka! merdeka! merdeka! ini tanah merdeka! tapi bukan untukmu!”

maka aku kembali bertanya: negeri macam apa ini, Saudara?
tapi pertanyaan-pertanyaanku dijawab cuma oleh jegukan asu.
bahkan pertanyaan-pertanyaanku dijawab oleh kahanan yang memaksaku
untuk makin lebih menyaksikan tokbring-tokbring prahara kemanusiaan,
yang dari waktu ke waktu melumpuhkan nilai dan bentuk keinsananku,
dan mungkin juga menghancurkan makna dan wujud kamanungsanmu.

negeri macam apa ini, Saudara?
jika dalam tiap tiga bulan ada luar biasa lebih banyak jumlah orang
yang kehilangan mata pencaharian dibanding yang mendapat pekerjaan.
jika dalam tiap tiga bulan dibanding dengan tiga bulan sebelumnya
selalu saja ada penambahan jumlah anak-anak putus sekolah,
selalu saja ada penambahan jumlah kematian ibu saat melahirkan,
selalu saja ada penambahan jumlah kematian bayi saat dilahirkan,
selalu saja ada penambahan jumlah kematian kecelakaan di jalan raya,
selalu saja ada penambahan jumlah kematian karena pembunuhan,
selalu saja ada penambahan jumlah kematian karena perampokan,
dan bahkan selalu saja ada penambahan jumlah kesurupan massal
yang dialami pelajar sekolah, buruh pabrik dan kuli bangunan!
aku heran, mengapa para birokrat, anggota mpr, anggota dpr, politisi
dan para penegak hukum tak pernah kesurupan,
atau apa lagi sampai kesurupan massal?
apakah karena sebagian besar di antara mereka telah bikin
perjanjian dengan setan, jin dan demit bekasakan?
aku tak tahu, Saudara.
pernah hampir ada yang menerangkan kepadaku,
tetapi belum lengkap sepatah kata dia ucap,
aku mendengar geger genjik keributan
menggema dari kejauhan. maka aku berlari ke sana.

astaga!
aku melihat segerombolan orang berpakaian krembyah-krembyah
warna putih terang hampir menyilaukan membawa pentungan,
galah, linggis dan bahkan parang.
seperti sekawanan iwak nus dan ubur-ubur, dengan wajah beringas
dan tandang banteng ketaton mereka merazia dan mengobrak-abrik
rumah bilyard, kedai minuman, kafe,
rumah makan cina dan restoran jepang.
mereka juga membubarkan pertunjukan musik, pameran foto
dan diskusi sastra.

aku menyaksikan bom meledak di yang semula tak pernah kubayangkan
bakal diseraki tebaran serpihan daging dan pecahan tulang
yang mengapung di permukaan genangan darah.
ini terjadi tak cuma sekali, melainkan berseri
seperti cerita silat ko phing hoo atau sh mintardja dan gan kl
yang dulu biasa kubaca di bawah wit pakel.

aku tak tahu mengapa, aku tak faham bagaimana mulanya,
aku tak mengerti pahala macam apa yang diharap bakal diperolehnya
sampai ada yang membakar masjid, gereja dan juga menggusur vihara
atau bersikeras menganggap puranya lebih keramat dibanding pura lainnya.

aku geleng-geleng bingung dan ngeri menyaksikan akal sehat
hengkang dari banyak batok kepala.
aku melihat kalbu terbakar di rongga dada.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com