Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siti Rukayyah, Pelestari Tenun Ikat Kediri

Kompas.com - 24/10/2008, 07:21 WIB

Dua tahun berturut-turut, Rukayyah dinominasikan sebagai penerima penghargaan Upakarti tingkat nasional atas upayanya melestarikan tenun ikat kediri. Akan tetapi, dua kali itu pula ia gagal mendapatkannya.

Kendala yang dihadapi usaha kecil menengah seperti Rukayyah adalah masalah administrasi keuangan yang tak rapi. Ia memang tak pernah mengenyam pendidikan tentang manajemen keuangan. Bagi pengusaha sekaligus perajin seperti Rukayyah, hal terpenting adalah dana mengalir lancar.

Anugerah

Tahun 2008, Pemerintah Kota Kediri melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan menganugerahinya penghargaan untuk kategori pelestari dan pengembangan motif dan desain kerajinan tenun ikat kediri.

Penghargaan ini menjadi pelecut semangat Rukayyah untuk berkarya lebih baik. Ia juga makin terpacu untuk segera memperbaiki sistem manajemen usahanya.

”Perbaikan manajemen ini tak semata untuk mendapat penghargaan. Saya sadar, manajemen keuangan sangat penting untuk mengembangkan usaha,” ujarnya.

Rukayyah sebenarnya tak punya ikatan kultural dengan tenun ikat kediri. Bahkan, ia nyaris mewujudkan cita-citanya menjadi guru, setelah berhasil merampungkan pendidikan program Diploma II di Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa Surabaya, tahun 1991.

Perkenalannya dengan kerajinan tenun ikat berawal dari ketidaksengajaan. Ia gagal menjadi guru setelah menikah dengan Munawar, seorang perajin tenun ikat di Bandar Kidul.

Tak bisa hanya berdiam di rumah, Rukayyah mencoba membantu usaha suaminya. Seiring berjalannya waktu, Rukayyah semakin tertarik menekuni kerajinan tenun ikat warisan keluarga Munawar. Kecintaannya pada keluarga dan usaha yang ditekuni melahirkan pengabdian yang tulus.

Bagi Rukayyah, mengembangkan kerajinan tenun ikat tak sekadar untuk melestarikan budaya. Menurut dia, dengan menghidupkan kembali tenun ikat, berarti menghidupkan pula ekonomi masyarakat Kota Kediri dan memberikan solusi terhadap masalah pengangguran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com