Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siti Rukayyah, Pelestari Tenun Ikat Kediri

Kompas.com - 24/10/2008, 07:21 WIB

Untuk mewujudkan keinginannya tersebut, ia tak merasa lelah merangkul generasi muda agar tertarik menekuni kerajinan tenun, walaupun berkali-kali usahanya itu mendapat penolakan.

”Alasan mereka banyak, ada yang bilang industri tenun belum menjanjikan, ada lagi yang bilang kalau tenun itu cocoknya untuk orang tua. Sebagian orang muda masih berpandangan, bekerja di pabrik atau merantau ke Jakarta lebih menjanjikan,” katanya.

Semangat juang

Semangat juangnya yang tak kenal menyerah dalam mendekati generasi muda akhirnya membuahkan hasil. Sebagian lulusan sekolah menengah atas yang tak mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi mulai menggeluti kerajinan tenun ikat.

”Kalau mengandalkan perajin yang tua saja, nanti kalau mereka meninggal tidak ada yang meneruskan. Perajin tua tenaganya juga terbatas dan susah diajak berpikir,” ucapnya.

Untuk menggugah minat orang muda di kampung, Rukayyah punya trik. Ia melihat anak-anak muda sangat butuh uang. Oleh karena itu, dia tak segan memberikan iming-iming upah yang lumayan besar kepada mereka yang masih sekolah.

Apalagi pekerjaan yang dia tawarkan relatif ringan, bisa dilakukan di rumah, kapan saja, dan tak menuntut penyelesaian cepat. Misalnya, menggulung benang tenun berdasarkan warna dan banyak sedikitnya kebutuhan, atau mengikat benang tenun untuk membentuk motif.

”Lumayan, bisa menambah uang jajan atau membayar uang sekolah. Orangtua juga terbantu. Tetapi, tujuan utamanya adalah mengenalkan kerajinan tenun ikat,” katanya.

Bagi Rukayyah, hal terindah adalah melihat sentra kerajinan sarung tenun ikat di Kecamatan Mojoroto kembali berjaya seperti era 1980-an. Kala itu hampir setiap rumah di Kelurahan Bandar Kidul dan Bandar Lor sibuk dengan aktivitas pembuatan tenun, mulai dari pemintalan benang, pembuatan motif dengan cara pengikatan benang, hingga suara ATBM yang membisingkan telinga.

Puluhan pedagang setiap hari hilir mudik masuk ke kampung tersebut membeli sarung. Mereka datang dari berbagai daerah, seperti Surabaya, Jakarta, dan Bali. Bahkan, sebagian di antara pedagang itu ada yang khusus membeli sarung tenun kediri untuk dikirimkan ke Turki dan Arab Saudi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com