Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pantat Dipaku, Mata dan Dubur Diolesi Balsam

Kompas.com - 17/10/2008, 07:09 WIB

Sejumlah pemilik sapi karapan di Kabupaten Pamekasan sebetulnya setuju dengan karapan tanpa kekerasan.  Salam, pemilik sapi Se Anak Manja, Saleh, pemilik Se Tossa dan P Elma, pemilik Se Abantal Ombak Asapok Angin menyatakan, mereka tidak keberatan kekerasan dihapuskan.

"Asal semua tidak menggunakan paku dan kekerasan lainnya. Kalau tidak tegas, satunya menggunakan, satunya tidak, maka itu tidak bisa, karena yang tidak pakai paku pasti dirugikan," kata P Elma, warga Murtajih, Kecamatan Pademawu.

Menurut Salam yang juga PNS di Kelurahan Baru Rambat Timur, Pamekasan, sebetulnya tidak semua sapi cocok menggunakan kekerasan. Ada juga sapi yang justru tidak mau lari jika disakiti. "Karena itu saya setuju jika ada aturan karapan sapi tidak membolehkan menggunakan paku," katanya.

Dari catatan pemangku budaya di Madura, penyiksaan itu merupakan penyimpangan dari budaya asli yang terjadi sejak terlibatnya pemilik modal. Karapan yang semula digelar secara santai untuk hiburan setelah panen berubah menjadi sesuatu yang menegangkan. Apalagi setelah melibatkan taruhan.

Ketua Yayasan Pakem Madduh, Pamekasan, Madura, H Kutwa, mengakui adanya penyimpangan dari karapan itu. Ia berharap, karapan sapi dikembalikan ke tradisi asal yang jauh dari kekerasan. "Saya juga tidak terima kalau karapan sapi itu ada unsur kekerasan pada hewan. Padahal waktu saya masih kecil, tidak ada karapan memakai paku," katanya.

Pembantu Rektor I Universitas Madura (Unira), Pamekasan itu, mengemukakan, munculnya penyiksaan pada sapi itu sekitar tahun 1980-an. Diperkirakan, penggunaan paku dan kekerasan lainnya karena semakin kerasnya kompetisi. "Maka cara-cara yang digunakan juga melebihi batas kompetisi seperti itu. Karena itu, alangkah baiknya jika tradisi karapan sapi dikembalikan ke asalnya yang hanya mengadu kekuatan otot sapi," katanya.

Agaknya, tradisi kekerasan terhadap sapi karapan itu belum akan hilang, bahkan dalam ajang Piala Presiden yang akan digelar 25-26 Oktober 2008 di Stadion Sunarto Hadiwijyo, Pamekasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com