Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jubir SBY: Paling Enak Dizalimi

Kompas.com - 22/09/2008, 03:55 WIB

JAKARTA, SENIN - Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng menanggapi serius langkah ketua Komite Bangkit Indonesia (KBI) Rizal Ramli yang bersafari demokrasi mendulang dukungan ke sejumlah tokoh pro demokrasi di Tanah Air. Dengan nada ketus, Andi pun berkomentar mengenai langkah Rizal Ramli ini.

"Memang paling enak mengaku dizalimi. Mudah-mudahan dengan merasa dizalimi lalu kemudian mendapat simpati," kata Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng usai mengikuti acara selapanan cucu pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Almira Tungga Dewi Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Ahad (21/9).

Menurut Andi, pola-pola seperti itu merupakan kisah-kisah lama yang sudah diketahui persis masyarakat. Bahkan, masyarakat bisa mengetahui sejauhmana kebenaran kisah yang dibuat Rizal Ramli tersebut. "Rakyat sudah tahu, apalagi kalau itu kisah-kisah lama. Biar rakyat atau masyarakat melihat sendiri," paparnya.

Sebelumnya, setelah menemui Taufik Kiemas, Jumat (19/9) kemarin, Ketua Komite Bangkit Indonesia (KBI) Rizal Ramli berencana akan menemui mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada Senin (22/9) mendatang. Pertemuan itu merupakan rangkaian dari safari demokrasi yang dilakukan mantan Menko Perekonomian itu.

Juru bicara KBI, Adhie M Massardi kepada wartawan menjelaskan, safari demokrasi Rizal Ramli untuk menjelaskan tentang ancaman yang kini berlangsung di negara Indonesia terkait aksi unjuk rasa anti kenaikan harga BBM yang saat ini tengah diusut pihak kepolisian.

Atas masalah ini, Andi Mallarangeng menegaskan, selama pemerintahan SBY-JK berlangsung, demokrasi berlangsung dengan bebas. Namun kebebasan tersebut bukan berarti mencederai demokrasi, dengan bertindak anarkhi.

 "Sekarang zaman demokrasi, dan tidak ada bungkam-membungkam. Setiap hari orang demo di Istana tiga kali sehari boleh. Tapi yang penting dalam menjalankan kebebasan berpendapat dilakukan secara damai tanpa kekerasan, dan tidak menimbulkan anarkis," urainya.

Ketika disinggung tanggapan Presiden Yudhoyono atas pawai demokrasi Rizal Ramli ini, Andi dengan senyum lepas menjawab sekenanya. "Saya tidak tahu apa iya presiden menanggapi yang seperti itu. Cukup Juru Bicara saja," tandasnya seraya mengemukakan, Kepala Negara tidak akan terlibat pada masalah hukum yang saat ini mengarah ke Rizal Ramli.

"Yang jelas, kalau berhubungan dengan masalah hukum, presiden selalu menyerahkan ke proses hukum itu sendiri. Sehingga apapun yang menjadi keputusan hukum biarlah menjadi keputusan hukum. Tidak perlu kita mengintervensi proses hukum. Biarlah fakta-fakta hukum yang bicara," sergahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com