Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Sunda Paling Suka Daun Muda

Kompas.com - 25/04/2008, 01:15 WIB

Namun, bagaimana hubungan antara tingkat kesuburan suatu daerah dan tradisi makan penduduknya, agaknya merupakan sesuatu yang menarik untuk dikaji sebagai kekayaan local genius masyarakat setempat.

Buktinya, walau hidup bertetangga, tradisi masyarakat Sunda dalam memanfaatkan tumbuhan di sekitarnya berbeda dengan masyarakat Jawa Tengah. Di daerah yang terakhir ini, berbagai daun-daunan dan tanaman lain yang berkhasiat obat dijadikan jamu. Baik yang dijajakan dengan cara digendong maupun dengan cara diproses lebih dulu, seperti diproduksi industri-industri jamu.

Tradisi itu tidak dijumpai di lingkungan masyarakat Sunda. Berbagai jenis tumbuhan dan biji-bijian yang diperoleh dari kebun, ladang, bahkan dari pematang sawah atau hutan langsung dimakan. Sebagian besar di antaranya terdiri dari daun-daunan yang disebut lalap. ”Orang Sunda paling suka daun muda,” begitu pernah dikemukakan Guru Besar Biologi Institut Teknologi Bandung Prof Unus Suriawiria (alm) yang banyak meneliti khasiat berbagai jenis tumbuhan lalap yang dikonsumsi masyarakat Sunda.

Sebagian besar tumbuhan itu merupakan tumbuhan liar yang bisa dijumpai di sembarang tempat. Bahkan terdapat tumbuhan yang dijadikan pembatas pagar, seperti tumbuhan bluntas. Dengan demikian, jika membutuhkan lalap, siapa pun bisa dengan mudah memetiknya.

Bluntas bukan hanya satu-satunya jenis tumbuhan pembatas pagar yang bisa dijadikan lalap. Masih terdapat tidak kurang dari enam jenis tumbuhan pembatas pagar lainnya yang dijadikan lalap, seperti mangkokan, kastuba, puring, katuk, kedondong cina, dan petai cina. Di luar itu, jenis tumbuhan yang bisa dijadikan lalap-lalapan ternyata sangat banyak jumlahnya.

Dalam penelitian yang dilakukan Prof Unus Suriawiria, pada tahun 1986 ditemukan 70 jenis tanaman lalap yang bisa disantap langsung. Jumlah itu masih belum seberapa karena pada tahun 1993 ditemukan 24 jenis lagi sehingga jumlahnya mencapai 94 jenis. Sampai tahun 2000, ia mencatat tidak kurang dari 200 jenis tanaman yang bisa dijadikan lalap.

Yang menarik, dari berbagai jenis tumbuhan itu, tidak kurang dari 60 jenis di antaranya dimanfaatkan berupa bagian pucuk atau daun muda. Dengan demikian, ke mana pun melangkah, tumbuhan yang bisa dijadikan lalap berada di sekitarnya.

Penelitian

Kecuali Prof Unus Suriawiria, penelitian terhadap lalap masyarakat Sunda masih jarang dilakukan. Penelitian selama ini lebih banyak dilakukan terhadap tanaman obat. Tanaman lalap hanya disinggung sepintas saja, sebagaimana ditulis Dr A Seno-Sastroamidjojo dalam Obat Asli Indonesia (1962). Mungkin karena jenis tanaman ini lebih tinggi nilai ekonominya.

Rahasia dan perincian tentang jenis-jenis tanaman lalap justru lebih banyak ditulis oleh orang-orang Belanda sebelum kemerdekaan. Pada tahun 1931, Dr JJ Osche dan Dr RC Backhuizen van den Brink menulis berbagai jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai lalap dalam buku Indische Groenten yang diterbitkan Archipel Drukkerij di Buitenzorg (Bogor). Bahkan, betapa pentingnya tanaman lalap, terbukti buku itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berjudul Vegetable of Dutch East Indies yang diterbitkan penerbit A Asher & Co, BV di Amsterdam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com