Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fatmawati, Ibu Negara dan Insan Pejuang

Kompas.com - 16/04/2008, 12:43 WIB

Lainnya, gambar Fatmawati dalam balutan kebaya Jawa yang menemani Bung Karno berbincang sembari minum bersama dengan masyarakat Sarangan, Jawa Timur. Itulah Fatmawati, ibu negara yang mau berbaur dengan rakyatnya sebegitu dekat, ujar Hendra Rahtomo, salah seorang cucunya yang hadir pada pembukaan pameran ini.

Lima periode

Rangkaian 127 foto yang terpajang di dinding Jogja Gallery ini terbagi dalam lima periode waktu, dari masa Bengkulu, pendudukan Jepang, Yogyakarta, Istana Merdeka, dan Sriwijaya. Setiap periode waktu mengisahkan perjalanan hidup sang ibu negara dengan karakter yang terpisah.

Selain itu, ditayangkan pula dua buah film dokumenter yang berjudul Bu Fat dalam Kenangan yang sebelumnya telah ditayangkan pada 2 Maret di Jakarta dan Tjinta Fatma, film dokudrama yang merekonstruksi percintaan Fatmawati muda dengan Bung Karno di Bengkulu.

Kurator Yayasan Bung Karno, Bambang Eryudhawan, menambahkan, periode Yogyakarta mengambil bagian terbanyak dalam pameran ini karena Yogyakarta menjadi saksi hidup perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan selama periode 1946-1949.

Dalam periode inilah, Fatmawati yang baru berusia 23 tahun menghadapai tantangan terbesar dalam hidupnya dengan terlibat sebagai pelaku sejarah, ujarnya.

Di tengah-tengah gejolak revolusi kemerdekaan, lanjut Bambang, Fatmawati berhasil membangun tradisi rumah tangga kepresidenan dari nol. Tentunya ketangguhan Bung Karno yang menghadapi berbagai masalah kenegaraan seperti peristiwa 3 Juli dan pemberontakan PKI Madiun juga tidak terlepas dari peran Fatmawati sebagai pendamping.

Kekuatan magis

Dalam masa pendudukan Jepang, peran historis Fatmawati juga dapat ditelusuri dalam bendera pusaka Merah Putih yang dijahit sendiri olehnya dan dikibarkan pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Dalam pameran itu juga terlihat bagaimana Fatmawati seperti memiliki kekuatan magis, tidak hanya di hadapan rakyatnya namun juga di hadapan sang proklamator sendiri. Seperti apa yang tertuang dalam surat cinta Bung Karno kepadanya tertanggal 11 September 1941.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com