Data Kemenhub, ada 26,3 juta pergerakan kendaraan, baik darat, laut maupun udara saat mudik Lebaran 2023. Pergerakan ini naik 45 persen jika dibandingkan pada 2022.
Jalan tol yang traffic-nya sempat bermasalah pada 2022, sebenarnya hanya melayani pemudik sebanyak 3,59 juta pergerakan.
Pada 2023 lalu, ada 9,97 juta pergerakan, yang artinya naik 175,56 persen dibanding tahun sebelumnya.
Namun penanganan transportasi yang dilakukan (do something) telah mencegah persoalan traffic yang ekstrem. Traffic management yang dilaksanakan oleh semua pihak terkait mampu menjawab kebutuhan pergerakan di jalan tol.
Begitu juga untuk layanan di angkutan laut, penyeberangan (ASDP), kereta api dan penerbangan. Semua mengalami peningkatan, yang ditandai dengan supply kapasitas terpenuhi oleh demand (skemanya di management supply).
Makin banyak supply layanan, maka terlihat akan semakin meningkat penggunanya. Artinya, terjadi pertumbuhan pergerakan dibanding tahun sebelumnya.
Pada tahun ini, tentu akan terjadi peningkatan jumlah pergerakan pemudik, baik kendaraan, orang maupun barang. Jawaban atas peningkatan tersebut adalah manajement pergerakan (mobility management). Seperti tahun sebelumnya, namun dengan scale up pada pola penanganan dan supply layanan.
Untuk di jalan tol, kemungkinan akan ada penambahan waktu untuk pola traffic satu arah. Dan ini dilakukan mulai dari jaringan jalan raya pengakses jalan tol di kota asal, di jalan tol-nya, hingga ke jalan raya di tempat tujuan.
Konsep delay system (pengendalian supply di gerbang tol) dan di rest area di dalam dan di luar jalan tol, akan dilakukan oleh aparat.
Prediksi volume akan semakin akurat karena sudah ada electronic traffic counting di jalan tol yang bisa membantu pemerintah mengendalikan arus pergerakan.
Untuk di ASDP (penyeberangan), yang paling rentan bermasalah adalah di Selat Sunda. Namun jika melihat kondisi tahun lalu, ketika ada pemilahan antara kendaraan barang dan sepeda motor (ke Pelabuhan Ciwandan – Panjang) dan kendaraan penumpang (Merak – Bakauheni), traffic di pelabuhan utama menjadi sangat menurun.
Di tengah penambahan volume penyeberang, ternyata persoalan penyeberangan menurun sangat drastis. Kita perkirakan, skema ini akan dilaksanakan lagi dengan penyempurnaan di sana-sini.
Untuk angkutan udara dan kereta api, tidak terlalu menjadi masalah. Sebab, sudah ada pengendalian pada “pembelian tiket” secara online. Maka sudah pasti, yang akan datang ke bandara dan stasiun adalah mereka yang sudah dapat tiket dan kursi.
Tidak mungkin akan terjadi over demand. Sebab supply tempat duduknya sudah “dikunci”.
Persoalan yang serius terjadi ada pada transportasi darat. Penggunaan kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor) akan membludak dan supply pergerakannya tidak bisa dibatasi dengan baik. Meskipun ada kebijakan pengendalian waktu libur tempat kerja dan anak sekolah.
Secara total, akan naik untuk jumlah pemudik berkendara ini. Karena itu, manajement volume lalu lintas dengan konsep delay system perlu terus ada, dengan penyempurnaan di sana sini agar dapat memenuhi standar layanan transportasi yang baik.
Tahun 2024 ini akan menjadi pembuktian ulang apakah skema penanganan mudik ini bisa berjalan atau tidak. Khusus untuk skemanya. Adapun untuk skala penanganannya, tentu disesuaikan dengan kondisi yang diprediksi di tahun-tahun tertentu nantinya.
Jika skema ini kembali berjalan dengan baik, maka inilah model traffic management yang akan diberlakukan kedepannya.
https://nasional.kompas.com/read/2024/03/13/07000031/menyempurnakan-management-lalu-lintas-mudik-lebaran-2024-