JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo diingatkan agar berhati-hati dalam mengambil sikap di Pemilu 2024.
Beberapa waktu lalu, Jokowi menyatakan bahwa presiden boleh berkampanye dan memihak di dalam kontestasi pilpres. Pernyataan ini pun ramai dan direspons beragam.
Puncaknya, selama sepekan terakhir sivitas akademika dari berbagai kampus terus menyuarakan gerakan moral agar pemilu dilaksanakan secara bersih, jujur, dan adil.
Hal ini tidak terlepas dari keikutsertaan putra presiden, Gibran Rakabuming Raka, di dalam kontestasi tersebut. Oleh sebagian kalangan, keikutsertaan Gibran dipandang problematik, sejak tahap awal pencalonannya.
Keikutsertaan Gibran juga dinilai sebagian kalangan membuat Presiden Jokowi terkesan condong memberikan dukungan kepada pasangan calon Prabowo-Gibran di pilpres kali ini.
Meskipun, pasangan ini sebenarnya juga telah didukung oleh kekuatan politik besar, sehingga membuat elektabilitasnya teratas dibandingkan dua paslon lainnya.
Sikap presiden yang terkesan condong, membuat sejumlah kalangan perlu bersuara untuk mengingatkannya. Masa jabatan presiden akan berakhir pada Oktober 2024. Setelah itu, seluruh kekuasaan yang selama sepuluh tahun terakhir dipegangnya akan ditinggalkan.
Jika saat ini banyak pihak yang mengelu-elukan Jokowi karena kekuasaan yang dimiliki, bukan berarti hal yang sama akan didapatkan ketika jabatan itu telah selesai.
Bisa jadi, orang yang selama ini berada di lingkaran sekitarnya balik badan layaknya Presiden Soeharto ditinggalkan orang-orang sekitarnya pada akhir masa kejayaanya.
Simak pembahasan lengkapnya bersama Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Kehormatan Komarudin Watubun di Gaspol pukul 19.00.
https://nasional.kompas.com/read/2024/02/08/17300071/gaspol-hari-ini--jokowi-lepas-jabatan-semua-akan-pergi