Salin Artikel

Soal Bayar Kuliah Pakai Pinjol, Fahira Idris: Pendidikan Belum Dipandang Sebagai Investasi

KOMPAS.com - Belakangan ini publik diramaikan oleh polemik tawaran pinjaman online (pinjol) oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) kepada mahasiswanya yang tidak mampu membayar uang kuliah tunggal (UKT).

Terkait polemik itu, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) Fahira Idris memberikan pandangannya.

Menurutnya polemik pinjol di ITB tersebut adalah bukti bahwa paradigma pendidikan, terutama pendidikan tinggi di Indonesia, masih memandang anggaran pendidikan adalah sebuah biaya atau cost, bukan investasi daya ungkit kemajuan bangsa.

"Akibatnya pendidikan lebih dipandang sebagai komoditas yang memprioritaskan finansial, dibandingkan nilai-nilai pendidikan, yaitu menghasilkan kualitas manusia yang nantinya dipergunakan sebagai sumber daya utama memajukan bangsa," kata Fahira Idris yang juga pemerhati dunia pendidikan ini di Jakarta, Jumat (2/2/2024)

Fahira Idris mengungkapkan, Indonesia perlu mengubah paradigma dalam memandang pendidikan terutama pendidikan tinggi dari biaya menjadi investasi yang strategis bagi masa depan bangsa.

Menurutnya, paradigma memandang pendidikan sebagai investasi secara otomatis akan menyelesaikan berbagai persoalan pelik dunia pendidikan Indonesia, yaitu ketidaksetaraan akses dan ketidakmerataan kualitas pendidikan.

“Pendidikan kita masih memandang setiap rupiah anggaran yang digelontorkan sebagai cost. Akibatnya, mahasiswa masih dipandang sebagai konsumen dan pendidikan sebagai produk yang harus dijual," kata Fahira Idris dalam siaran persnya.

"Akibat lainnya, saat bicara pendidikan, maka otomatis kita juga bicara beban finansial yang berat. Makanya masih banyak orang atau keluarga yang ingin anaknya bersekolah tinggi terpaksa harus berhutang,” tambaj Fahira Idris.

Anggota DPD RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) DKI Jakarta mengatakan, banyak negara di dunia yang sudah meninggalkan paradigma pendidikan sebagai biaya. Ini karena mereka menyadari pandangan tersebut penghambat utama kemajuan bangsa.

Ia mengatakan, menjadikan pendidikan sebagai investasi memudahkan banyak negara di dunia untuk menciptakan sistem pendidikan berkualitas dan merata dalam menghasilkan kualitas manusia.

"Kualitas manusia inilah yang menjadi faktor kunci dalam memajukan masyarakat dan ekonomi ke arah yang lebih baik," ujar Fahira dalam siaran persnya, Jumat.

Menurut Fahira, negara yang memandang pendidikan sebagai investasi, bukan berarti tidak bermitra sama sekali dengan sektor swasta untuk memajukan pendidikannya.

Bentuk kerja sama yang dimaksud bukanlah memberikan pinjaman kepada mahasiswa agar bisa melunasi biaya pendidikan kepada institusi pendidikan, melainkan kerja sama yang lebih produktif. 

Contohnya seperti memberika program magang, sponsor pendidikan (beasiswa) dan peningkatan akses ke sumber daya dan teknologi pendidikan melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan teknologi.

Fahira pun yakin ketika negara memandang dan mempraktikkan anggaran pendidikan sebagai investasi maka kemajuan besar akan terjadi di negeri ini.

"Saat semua uang negara untuk pendidikan dimasukkan dalam pos investasi, artinya kita berinvestasi pada manusia, menciptakan akses universal ke pendidikan, melahirkan kurikulum yang relevan dan berkualitas serta pendidikan kita akan fokus pada penelitian dan inovasi yang menjadi kunci sebuah negara jika ingin maju,” ujar Fahira Idris.

https://nasional.kompas.com/read/2024/02/02/12523521/soal-bayar-kuliah-pakai-pinjol-fahira-idris-pendidikan-belum-dipandang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke