Sistem hanud itu disebut Archipelagic Air Defense System (IAADS).
Dalam paparannya, Abdul Haris menjelaskan bahwa IAADS merupakan sistem pertahanan udara yang akan terintegrasi dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, tidak hanya di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Sistem hanud ini terdiri dari berbagai radar, sistem senjata, serta pusat komando dan pengendalian (kodal).
KSAU Fadjar pun mengapresiasi paparan Abdul Haris tersebut. Dia juga meminta IAADS terus dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya agar dapat menghadapi berbagai ancaman udara yang semakin kompleks.
Fadjar berharap sistem pertahanan udara nasional (sishanudnas) IAADS bisa lebih dikembangkan dan dibangun dengan realistik dan futuristik.
“Tentunya kita harus mencurahkan pengetahuan kita bersama-sama baik di level taktis maupun strategis untuk mewujudkannya,” kata Fadjar kepada jajaran, dikutip dari siaran pers Dinas Penerangan TNI AU, Kamis (11/1/2024).
Fadjar kemudian menamai sishanudnas IAADS dengan “Cakra”.
Adapun “Cakra” merupakan senjata milik Dewa Kresna dalam kisah pewayangan. Cakra bermakna senjata milik Kresna yang sakti untuk membasmi ketidakadilan dan menegakkan kebenaran di muka bumi.
Tentunya hal itu sangat relevan dengan konsep IAADS sebagai senjata pamungkas TNI dalam menghadapi ancaman wilayah udara nasional dibawah komando TNI AU.
https://nasional.kompas.com/read/2024/01/11/13595441/ksau-terima-pemaparan-sistem-pertahanan-udara-dari-dankosek-ikn-soal-radar