KARAWANG, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo berkunjung ke rumah pengasingan Soekarno dan Mohammad Hatta, di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, Jumat (15/12/2023) siang.
Rumah itu merupakan milik Djiauw Kie Siong yang kini dijaga oleh cucunya, Yanto Djuhari dan sang istri.
Pantauan Kompas.com, Ganjar didampingi oleh istrinya, Siti Atikoh saat berkunjung. Keduanya melihat seluruh ruangan rumah yang lekat dengan warna hijau tersebut.
Yanto mendampingi Ganjar dan Atikoh sembari menjelaskan benda-benda yang ada di rumah, seperti foto keluarga Bung Karno dan Bung Hatta hingga dua buah kamar yang dahulu ditempati keduanya.
Usai berkeliling, Ganjar mendapatkan pelajaran tentang spirit patriotisme harus terus bergelora kepada generasi muda.
Ia menilai, langkah generasi muda pada 1945 yang meyakinkan Soekarno-Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan tanpa bantuan jepang sudah tepat.
"Saya kira semua tahu lah, bagaimana anak-anak muda saat itu ingin Indonesia merdeka. Dan Bung Karno, Bu Fat, Mas Guntur masih kecil ada fotonya itu, dibawa ke sini, diminta oleh anak-anak muda untuk segera merdeka. Jangan mau dikasih sama Jepang, itu sebuah spirit patriotisme, dari anak-anak muda Indonesia pada saat itu," kata Ganjar ditemui di sela-sela kunjungannya.
Selain sikap patriotisme, ia juga memandang ada nilai kemandirian yang harus dibawa oleh anak-anak muda Indonesia saat ini.
Mereka, jelas Ganjar, harus meniru sikap kemandirian anak muda era pra-kemerdekaan yang berinisiatif mendesak Bung Karno-Bung Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia.
"Semangat kemandirian, semangat perjuangan tidak selalu memberi, tidak berharap untuk diberi. Jadi, kami bisa merebut dan kami bisa lakukan sendiri, dan kami tidak bisa didikte. Woah, itu keren anak muda," ungkap mantan Gubernur Jawa Tengah ini.
Terakhir, ia juga mengapresiasi Yanto Djuhari dan istrinya, yang menjaga rumah ini dari waktu ke waktu.
Terkhusus, Ganjar ingin menekankan pentingnya bangsa ini untuk mengingat bahwa kemerdekaan tidak hanya direbut oleh satu kelompok atau etnis.
Ia mengatakan hal ini karena Djiauw Kie Siong, pemilik rumah pengasingan Bung Karno-Bung Hatta adalah seorang keturunan Tionghoa.
"Jadi kalau kita bicara lahirnya Republik ini, itu banyak ras yang terlibat, banyak suku yang membantu, banyak agama juga, bahkan negeri ini dibangun secara sama-sama itu yang semua orang mesti tahu, tidak ada klaim satu kelompok. Ini sejarah yang mesti dilihat, datanglah ke sini," pinta Ganjar.
Mengenal peristiwa rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan Ir Soekarno dan Mohammad Hatta oleh golongan muda dari Jakarta untuk dibawa ke luar kota, tepatnya ke wilayah Rengasdengklok.
Momen bersejarah jelang detik-detik proklamasi ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945, atau tepat sehari sebelum proklamasi kemerdekaan dikumandangkan.
Aksi penculikan ini dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan menyikapi kekalahan jepang dalam Perang Dunia II.
Ir Soekarno dan Mohammad Hatta serta golongan tua lainnya merasa proklamasi akan diputuskan melalui sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Di sisi lain, Golongan muda ingin Bung Karno dan Bung Hatta segera mengumumkan kemerdekaan melalui proklamasi.
Karena tidak ada titik temu antara golongan tua dan golongan muda maka terjadi peristiwa Rengasdengklok.
Akhirnya, para pemuda membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat, pada tanggal 16 Aagustus 1945.
Tujuannya supaya Soekarno dan Hatta dapat dijauhkan dari pengaruh Jepang.
Golongan muda tetap memaksa kedua tokoh itu untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, tanpa campur tangan Jepang.
https://nasional.kompas.com/read/2023/12/15/15292851/ganjar-kunjungi-rumah-rengasdengklok-tempat-bung-karno-diculik-sehari