Kaesang didampingi oleh Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie, Sekjen PSI Raja Juli Antoni, dan anggota Dewan Pembina PSI Isyana Bagoes Oka saat bersilaturahmi ke kantor PGI.
Ketua Umum PGI Pendeta Gomar Gultom mengatakan, pihaknya merasa terhormat karena dikunjungi oleh Kaesang beserta rombongan pengurus PSI.
Saat berdiskusi bersama, Gomar merasa PSI memiliki visi dan misi yang selama ini memang diperjuangkan oleh PGI.
Sebagai contoh, PGI sama seperti PSI di bawah kepemimpinan Kaesang yang ingin menghapus intoleransi. Selain itu, mereka juga mau memberantas korupsi.
Gomar pun meyakini apa yang Kaesang dan kawan-kawan itu sampaikan bukan retorika atau wacana semata. Ia menegaskan bahwa PGI akan mendukung gerakan politik yang mendorong toleransi dan antikorupsi.
Sementara itu, kedatangan Kaesang itu membuat PGI teringat akan sosok ayahnya, yakni Jokowi, yang juga pernah datang ke kantor mereka pada 2014.
Pasalnya, Ia mengaku mendapat banyak nasihat hingga dukungan dari PGI dalam kesempatan tersebut.
"Tadi kami menerima banyak nasihat, banyak saran dari beliau dan teman-teman dari seluruh beberapa perwakilan. Kami terima kasih atas waktunya, karena kami itu kan masih butuh banyak dukungan, butuh banyak support, dan nasihat," ujar Kaesang, Selasa.
Kaesang menjelaskan bahwa PSI membutuhkan masukan agar mereka bisa menjadi partai yang tegak lurus terhadap komitmen antikorupsi dan anti intoleransi.
Ia lantas setuju dengan pernyataan Gomar bahwa para bakal calon presiden (capres) atau bakal calon anggota legislatif (bacaleg) jangan sampai dimintai dana sumbangan.
Sebab, jika hal tersebut sampai terjadi, biaya politik menjadi mahal. Walhasil, para caleg atau capres terpilih akan korupsi demi mengembalikan modal yang mereka keluarkan.
"Ya kalau kami dari PSI senang karena biaya kampanye kami kan juga enggak besar-besar banget, jadi ya biar bisa bersaing," ujar Kaesang.
PGI teringat Jokowi datang tahun 2014
Gomar mengatakan, kedatangan Kaesang mengingatkan mereka kepada sosok Jokowi yang juga pernah datang sembilan tahun lalu, atau pada tahun 2014.
Menurutnya, gaya bicara dan isi percakapan yang dibawa Kaesang sama seperti Jokowi.
"Pak Jokowi hanya dua atau tiga hari setelah diumumkan pemenang Pilpres (2014) berkunjung ke PGI," kata Gomar.
Gomar mengungkapkan, kala itu, Jokowi menyampaikan beberapa hal terkait dengan keterpilihannya sebagai Presiden dan rencana-rencana ke depan.
Menurut Gomar, PGI memang membantu Jokowi dalam kontestasi Pilpres 2014 dengan memberi uang persembahan.
Sebab, PGI meminta kepada gereja-gereja untuk memberikan uang persembahan kepada setiap caleg ataupun capres yang diyakini berkualitas dan memiliki rekam jejak bagus.
Dengan demikian, ketika sosok itu memenangi kontestasi pileg ataupun pilpres, maka mereka pasti berpihak kepada rakyat, bukan bohir yang menyokongnya.
"Kita punya pengalaman kan seperti itu di 2014, relawan yang membantu Jokowi terpilih jadi Presiden. Ya ini pro rakyat. Kalau para caleg dimodali oleh rakyat dan umat, dia akan setia pada umat," ujar Gomar.
Ia mengakui bahwa momentum kampanye sering menjadi kesempatan gereja-gereja meminta sumbangan dari capres atau caleg.
"Selama ini ada kecenderungan mumpung lagi ada kesempatan kampanye, para caleg dan para calon kepala daerah, atau timses capres, mumpung lagi butuh suara, itu sering sekali dimanfaatkan oleh gereja-gereja untuk minta sumbangan," ujar Gomar.
Gomar menegaskan bahwa kebiasaan meminta sumbangan ke caleg hingga capres itu harus dihentikan.
Sebab, kebiasaan seperti itu bisa membuat biaya politik jadi mahal. Jika biaya politik mahal, maka orang-orang yang terpilih berpotensi korupsi supaya balik modal.
"Jadi saya minta supaya menghentikan kebisaan itu, karena itu akan membebani para caleg, sehingga biaya politik mahal. Artinya nanti mereka akan korupsi. Salah satu cara untuk mengatasi korupsi adalah hentikan meminta sumbangan," kata Gomar.
https://nasional.kompas.com/read/2023/10/04/06320961/jokowi-dulu-dibantu-pgi-menangi-pilpres-2014-kini-giliran-kaesang-datang