Salah satu kekurangan tersebut adalah negara-negara peserta tidak memiliki doktrin pertempuran yang sama.
“Ada banyak sekali hal-hal yang perlu kita sempurnakan, karena kita maklumi, tidak semua negara akan memiliki doktrin yang sama,” ujar Yudo di sela-sela latihan puncak Super Garuda Shield 2023 di Puslatpur Marinir Baluran, Situbondo, Minggu (10/9/2023).
Panglima menyebutkan, kekurangan itu bakal menjadi evaluasi dalam pelaksanaan Super Garuda Shield pada tahun-tahun selanjutnya.
“Harapan kami nanti ke depan, karena pelaksanaannya di Indonesia dan tentunya Indonesia yang akan memimpin untuk menyamakan doktrin ketika operasi,” kata Yudo.
Untuk itu, Yudo mengatakan bahwa pelaksanaan Staff Exercise (Stafex) Super Garuda Shield 2024 akan digelar pada awal tahun depan.
“Kita kumpukan agar betul-betul staf ini merencanakan latihan dengan baik,” ucap Yudo.
Dalam Super Garuda Shield 2023, terdapat 20 negara yang ambil bagian dalam latihan gabungan tahunan antara TNI dan Komando Indo-Pasifik AS ini.
Mereka terbagi menjadi dua kelompok, yakni negara yang mengirim personel militer untuk latihan gabungan dan negara observer atau pengamat.
Dikutip dari siaran pers Kedutaan Besar AS, negara yang mengirim personel militer antara lain Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Australia, Singapura, Inggris, dan Perancis.
Sementara itu, negara observer terdiri dari Brunei Darussalam, Brasil, Kanada, Jerman, India, Malaysia, Belanda, Selandia Baru, Papua Nugini, Filipina, Korea Selatan, dan Timor Leste.
Latihan Super Garuda Shield kali ini diikuti oleh 2.810 prajurit TNI dan 2.165 personel negara asing.
https://nasional.kompas.com/read/2023/09/10/22324681/latihan-gabungan-super-garuda-shield-2023-panglima-tni-maklumi-tak-semua