Salin Artikel

Megawati, "Wong Ndeso", dan Puan

Kali ini Megawati minta para kepala desa/lurah memikirkan nasib rakyat pedesaan atau “wong ndeso”. Para kepala desa/lurah diminta jangan korupsi dan harus bersikap jujur.

Ketika merayakan ulang tahun ke-48 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, di Jakarta, Minggu 10 Januari 2021, Mega meminta Jokowi memperhatikan desa.

Mega mengkritik Jokowi karena selama 75 tahun Republik Indonesia data-data lengkap tentang desa-desa di Indonesia kurang lengkap dan akurasinya tidak benar.

“Desa, kampung atau dusun ujung tombak pemerintahan…..desa adalah taman sari kearifan lokal Nusantara…..sumber kebudayaan dan kepribadian bangsa…desa tempat hidupnya tradisi dan adat istiadat,” demikian kata Mega dua tahun lalu.

Gambaran sebagian tentang desa dan wong ndeso bisa kita renungkan lewat sebuah lagu yang sedang viral saat ini.

Pertama kali saya mendengar lagu ini di sebuah desa kaum atau kelompok suku Samin di tengah hutan Cepu dan kota Blora, Jawa Tengah, dua tahun lalu.

Ketika itu saya dan teman-teman yang sedang berburu sumur tua minyak diajak Bupati Blora Arief Roman ke pemukiman Samin.

Di tempat itu diperdengarkan lagu di video berjudul “Wong Deso“, dilantunkan penyanyi kondang asal Randung Blatung, Cepu, Yenny Inka.

Syair lagu itu seperti berikut: “Ireng kulitku putih kulitmu, rombeng klambiku ko toko klambimu,…..Aku wong ndeso sliramu wong kutho, aku wong miskin uripmu terjamin, ojo to mobil ojo to motor, sepeda wae aku ra duwe….Aku iki mas anake wong tani, bapaku macul simbok buruh tandur, yen sliramu mas putrane wong duwur, bapakmu lurah tur uripmu Makmur….”

Bila diterjemahkan bebas berbunyi demikian. “Hitam kulitku putih kulitmu, rombeng bajuku dari toko bajumu, ……aku orang desa kau orang kota, aku orang miskin hidupmu terjamin, jangankan mobil jangankan motor sepeda saja aku tak punya…….Aku ini mas anak orang tani, bapaku mencangkul ibu buruh tanam, bila dikau mas anak orang berpangkat, ayahmu lurah dan hidupmu sejahtera…..”

Di Youtube saat ini, penonton dan pendengar video lagu ciptaan Sonny Josz dan Rasso ini selama tahun 2023 mencapai lebih dari 50 juta orang.

Pelantun lagu ini (yang viral) antara lain, Putri Kristya (7,8 juta penonton), Intan Chacha (4,7 juta), Yenny Inka (1,2 juta), Duo Ageng (3,9 juta) dan seterusnya.

Bilamana Megawati belum pernah dengar lagu ini (Wong Ndeso), saya persilakan buka Youtube. Lagu ini cukup mewakili bayangan jutaan orang tentang desa dan wong ndeso, yakni miskin dan “rendah diri”.

Namun saya yakin Megawati tentu pernah lagu “Desaku Yang Permai “ yang banyak terdengar tahun 1960-an.

Lirik lagu ini berbunyi, “Desaku yang kucinta, pujaan hatiku, tempat ayah dan bunda dan handai taulanku, tak pernah kulupakan desaku yang permai”.

Lagu yang terkenal di masa pemerintahan Bung Karno (persiden pertama RI) ini tentu untuk menggugah optimisme tentang hidup di pendesaan.

Namun dalam kenyataan citra miskin terbelakang dan selalu dihinakan bila kita bicara tentang desa sudah hidup ratusan tahun lalu.

Paling tidak sejak kehadiran perkumpulan pedagang orang Belanda/Eropa Bernama VOC, disusul pemerintahan kolonial Hindia Belanda boneka Perancis di bawah Gubernur Jenderal Herman Willem Dandles, Letnan Jenderal Inggris Thomas Stamford Raffles, perang Diponegoro, sistem tanam paksa (cultuurstelsel) hadir di Nusantara, citra desa sebagai sarang kemiskinan telah hidup di kalangan masyarakat di Nusantara.

Sejak masa kolonial itu sudah muncul kritik desa menjadi sapi perah untuk memperkaya elite desa sampai ke pemerintah pusat.

Cukup indah dan memesona bila di masa kini Megawati menyuarakan perbaikan kehidupan desa.

Namun coba kita lihat di masa kini. Banyak orang asal desa yang menjadi pemimpin pemerintahan, pengusaha sukses, dan orang-orang kaya di perkotaan.

Banyak di antara mereka membeli tanah di desa dan membangun rumah mewah di desa. Seiring dengan itu tercipta pula sistem yang beraroma KKN (kolusi, korupsi, nepotisme) di kalangan elite desa.

Kini desa yang tetap bercitra miskin juga banyak dijangkiti penyakit KKN.

Bila demikian suara Megawati di Gelora Bung Karno belum lama ini perlu kita catat dan kita doakan agar bisa jadi kenyataan banyak kepala desa jujur, tidak korupsi, tidak membangun dinasti KKN, dan memperhatikan nasib masyarakat/rakyat kecil atau wong ndeso.

Di Gelora Bung Karno itu Megawati minta agar para kepala desa memimpin dengan “jujur”. Kalau para pimpinan desa jujur diharapkan orang-orang desa akan mencontoh pimpinan mereka untuk selalu jujur.

Kata “jujur” ini mengingatkan saya pada tulisan pengamat politi Ikrar Nusa Bhakti yang memberi julukan Megawati sebagai “gadis jujur”.

“Mbak Mega termasuk sosok yang jujur. Dalam sebuah pertemuan, saya yang memang suka ceplas-ceplos mengatakan, Mbak Mega sebagai politisi kurang luwes dan seperti gadis jujur, kalau ingin mengutarakan sesuatu langsung diutarakan.”

Demikian kata Ikrar Nusa Bhakti dalam buku ‘Megawati Anak Putra Sang Fajar’ yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama, tahun 2012 halaman 221 di bawah judul “Jujur dan Konsisten” dan sub judul “Gadis Jujur”.

Dalam tulisannya ini Ikrar Nusa Bhakti juga mengatakan Megawati adalah faktor utama pemersatu PDI Perjuangan, belum ada orang yang bisa menggantikannya.

Namun kemudian Ikrar mengatakan, “Saya bukan orang yang antidengan legitimasi atas dasar keturunan, sehingga bisa mengerti bila yang didukung Mbak Mega adalah putrinya sendiri’.

Ikrar juga bilang pernah mengatakan kepada Puan Maharani, kalau ingin jadi orang nomor satu di partai harus berkeringat dulu, menunjukkan punya empati terhadap massa rakyat, apalagi kepada wong cilik. Wong cilik ini bisa diterjemahkan juga sebagai “wong ndeso”.

Para pendukung Puan dan mungkin Puan sendiri tentu mengatakan sudah berkeringat dan punya pengalaman sebagai salah satu pimpinan PDI Perjuangan, anggota DPR/Ketua DPR, Menteri dan seterusnya.

Seorang teman saya mengatakan yang kurang dari Puan adalah belum pernah mengalami tekanan atau “digebugi” seperti “wong ndeso”. Mungkin begitu ya. Mari kita doakan untuk Puan Maharani.

https://nasional.kompas.com/read/2023/04/13/05574321/megawati-wong-ndeso-dan-puan

Terkini Lainnya

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

Nasional
Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Nasional
Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Nasional
Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Nasional
Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Hanya Ada 2 'Supplier' Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 "Supplier" Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Nasional
KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

Nasional
Soal 'Presidential Club' Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Soal "Presidential Club" Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Nasional
KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke