Salin Artikel

Gotong Royong Mempercepat Keadilan Sosial

Namun saya menduga ada sidang kabinet, rapat koordinasi, webinar, atau aktivitas lain menyangkut topik penting itu. Yang dilakukan di kantor-kantor pemerintah, lembaga riset, organisasi sosial, dan partai-partai politik.

Hanya saja pembahasan serius terkait keadilan sosial tidak tampil menonjol di media massa.

Mungkinkah kesenyapan itu karena keadilan sosial sudah tidak lagi penting untuk dibicarakan karena sudah tercapai? Agaknya tidak, karena data berbicara lain.

Masalah keadilan sosial masih terjadi dalam skala global, bahkan sejak puluhan tahun lalu. Jumlah penduduk miskin dunia masih ratusan juta orang, ketimpangan pendapatan secara global antara kelompok kaya dan kelompok miskin belum berkurang, bahkan semakin lebar karena pandemi dan perang Rusia-Ukraina.

Perbudakan modern masih terjadi, khususnya dalam bentuk human trafficking. Pengungsian manusia akibat konflik juga masih terjadi di berbagai kawasan.

Bagaimana di Indonesia?

Saat ini masih ada 26,6 juta orang yang hidup dengan penghasilan di bawah garis kemiskinan Rp 513.000. Jumlah itu sekitar 9-10 persen dari total penduduk.

Selain kemiskinan absolut, kesenjangan antara kaya dan miskin juga masih tinggi. Kelompok masyarakat berpendapatan menengah-atas hanya sekitar 20 persen, sebagian kelompok berpendapatan rendah dan sebagian yang lain sangat rendah sehingga rentan terhadap gejolak ekonomi.

Kenaikan harga bahan pokok segera membuat banyak warga kesulitan mengatur keuangan rumah tangga.

Selanjutnya kesenjangan kemajuan antardaerah, antara Jawa-Luar Jawa, dan antara perkotaan dan perdesaan juga masih besar.

Ini tercermin dari perbedaan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang merupakan kombinasi dari indikator tingkat kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

Jakarta menunjukkan angka IPM tertinggi, yaitu sebesar 81,65; jauh lebih tinggi dari Papua yang sebesar 61,39 (BPS, 2022).

Gambaran kemiskinan dan kesenjangan sosial juga dapat dilihat dari data stunting (tengkes). Saat ini penderita kurang gizi akut sejak janin hingga usia dua tahun masih 24,4 persen.

Ini berarti dari setiap empat anak usia dua tahun, ada satu anak yang memiliki kecerdasan dan pertumbuhan fisik yang lebih rendah.

Data lain menunjukkan 183,7 juta orang atau 68 persen dari total penduduk Indonesia tergolong tidak mampu memenuhi makanan bergizi seimbang (Kompas.id, 9/12/2022).

Masih ada diskriminasi sosial

Ketidakadilan dalam masyarakat juga dirasakan oleh sebagian warga. Sekitar 18,5 persen responden dalam laporan hasil Jajak Pendapat Kompas (24/2/2023), menyatakan pernah menyaksikan adanya pengutamaan laki-laki dibandingkan perempuan dalam karier profesional, dan 6,8 persen responden menyebut mengalami sendiri ketidakadilan tersebut.

Jika dijumlah, maka seperempat warga perempuan saat ini mengalami diskriminasi di tempat kerja.

Perbedaan dalam pelayanan publik terhadap warga yang berbeda suku dan agama juga terjadi. Satu dari lima responden mendapati ada pengutamaan perlakuan petugas pelayanan publik terhadap warga yang sama suku dan agamanya.

Di dalam masyarakat, perbedaan perlakuan karena latar belakang suku, agama, dan ekonomi juga cukup menonjol. Tercatat 25 persen responden mengaku pernah melihat ketidaksetaraan seperti itu, dan 10 persen responden lain pernah mengalaminya sendiri.

Ketidakadilan ekonomi dan ketidaksetaraan perlakuan terhadap warga adalah masalah yang tidak kunjung teratasi, kendati masyarakat semakin produktif dan ekonomi semakin maju.

Maka borok-borok kebangsaan itu perlu diobati, untuk menjadikan negara ini sehat seperti yang diharapkan oleh para perintis kemerdekaan sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.

Untuk itu perlu dilakukan tindakan yang lebih afirmatif untuk mewujudkan keadilan sosial yang lebih nyata dalam berbagai aspek kehidupan.

Pemerintah perlu berada di barisan depan dalam upaya itu, karena memiliki hak mengatur keuangan negara dan didukung birokrasi yang unggul.

Paling awal dari upaya itu tentulah menyusun peta jalan membangun bangsa Indonesia yang lebih adil sekarang juga, tanpa menunggu 10 atau 25 tahun yang akan datang.

Jika Jepang memiliki konsep Society 5.0, maka Indonesia juga perlu memiliki konsep serupa yang sesuai dengan kondisi yang ada dan kekuatan bangsa yang dapat dikerahkan.

Adapun implementasi dari peta jalan itu dilaksanakan oleh berbagai kementerian dan lembaga pemerintah secara terpadu dan terukur.

Keadilan sosial bukan urusan Kementerian Sosial saja, namun kementerian lain juga memiliki kewajiban sesuai dengan bidang masing-masing.

Kementerian PUPR dalam bidang penyediaan air bersih dan rumah layak, Kementerian Tenaga Kerja dalam bidang perluasan lapangan kerja, Kementerian Agraria dan Tata Ruang dalam bidang penguasaan lahan. Demikian seterusnya dengan kementerian/lembaga pemerintah yang lain.

Berbagai instansi itu perlu dikoordinasikan agar dampaknya signifikan. Dapur koordinasi adalah Kementerian Sosial.

Namun agar efektif dan cepat, koordinasi itu perlu dipimpin oleh pejabat yang lebih tinggi, yaitu Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Selanjutnya percepatan peningkatan keadilan sosial ini perlu dievaluasi secara rutin. Untuk itu Wakil Presiden memiliki peran yang besar.

Jika ada keputusan sangat sulit yang harus diambil, maka Wakil Presiden dapat menyampaikannya langsung kepada Presiden. Presiden akan memberikan instruksi kepada menteri-menteri agar cepat bergerak.

Dengan upaya gotong royong seperti itu, maka keadilan sosial akan lebih cepat tercapai. Dan sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, benar-benar bermakna dan dapat dirasakan dengan penuh syukur. Bukan narasi yang diulang-ulang diucapkan pada saat kampanye pemilu.

https://nasional.kompas.com/read/2023/02/28/09474421/gotong-royong-mempercepat-keadilan-sosial

Terkini Lainnya

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke