Akan tetapi, saat ini masyarakat dianggap mulai bosan karena narasi yang disampaikan Anies dalam safari politiknya kerap mengulang.
Sementara itu dari persidangan kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J, salah satu terdakwa perintangan penyidikan (obstruction of justice) Irfan Widyanto memaparkan kronologi perintah buat mengamankan rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian.
1. Elektabilitas Anies Naik tapi Mulai Membosankan
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menilai, naiknya elektabilitas Anies Baswedan menurut survei berbagai lembaga merupakan imbas deklarasi pencalonan presiden yang diumumkan Nasdem pada awal Oktober lalu.
Momentum deklarasi pencapresan Anies dinilai tepat karena berdekatan dengan lengsernya dia dari kursi Gubernur DKI Jakarta.
"Memang elektabilitas Anies naik. Itu kan efek deklarasi. Momentum Anies ini kan desainnya luar biasa, sebulan sebelum lengser kan momentumnya mengarah ke Anies," kata Adi kepada Kompas.com, Jumat (16/12/2022).
Namun demikian, Adi menduga, naiknya elektabilitas Anies merupakan euforia sesaat.
Kini, publik mulai bosan dengan sosok mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu.
Sebabnya, narasi yang disampaikan Anies dalam setiap safari politiknya itu-itu saja. Anies juga tak melakukan manuver politik apa pun.
Sebagai figur yang lekat dengan citra oposisi, Anies hampir tidak pernah menentang atau mengkritisi kebijakan Presiden Joko Widodo secara terbuka.
Padahal, basis massa Anies datang dari kalangan yang kontra terhadap Jokowi.
Sebaliknya, sebagai partai yang mendeklarasikan dukungan buat Anies, Nasdem justru menyebut bahwa capres mereka bakal melanjutkan program-program Jokowi.
Ini tak sejalan dengan gembar-gembor Nasdem yang mengeklaim partainya bersama Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bakal membentuk Koalisi Perubahan.
"Semuanya serba nanggung. Orang juga bosan. Mana nih poros perubahan? Mana antitesa Jokowi? Antitesa Jokowi kok tidak mau dihadap-hadapkan dengan Jokowi," ujar Adi.
"Di mana letak perubahannya? Kejutan-kejutan itu nggak ada setelah Anies dideklarasikan," tutur dia.
Sebagaimana diketahui, elektabilitas Anies Baswedan melesat di urutan kedua menurut survei sejumlah lembaga.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menggeser posisi Prabowo Subianto di urutan ketiga.
Adapun Anies dideklarasikan sebagai capres Partai Nasdem pada Oktober lalu.
Dua bulan sebelumnya, Prabowo mengumumkan kesiapannya maju sebagai capres Partai Gerindra.
Selain dua nama itu, sosok politisi PDI Perjuangan yang juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga digadang-gadang menjadi capres.
Malahan, nama Ganjar unggul dalam berbagai survei elektabilitas capres, melampaui Anies dan Prabowo.
Namun demikian, sejauh ini belum ada satu pun nama yang ditetapkan sebagai capres peserta Pemilu 2024. Pendaftaran capres baru akan dibuka pada Oktober 2023.
Hal tersebut disampaikan terdakwa kasus obstruction of justice kasus pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J ini dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Jumat (16/12/2022).
Pada kesempatan itu, Irfan Widyanto memamerkan bahwa ia adalah sosok yang pertama kali membongkar fakta mengenai CCTV terkait kematian Brigadir J kepada pimpinan Polri.
Pimpinan Polri yang dimaksud adalah Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono yang ditunjuk Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai ketua tim khusus (timsus) dalam mengusut kematian Brigadir J.
"Terkait melaporkan kepada pimpinan Polri yang disampaikan saksi (Hendra Kurniawan), bahwa hal tersebut dilakukan pada tanggal 21 Juli. Itu adalah saya yang pertama kali membuka fakta ini kepada pimpinan Polri," ujar Irfan.
Irfan menekankan bahwa aksinya membuka fakta soal DVR CCTV yang diambil itu terjadi pada 21 Juli 2022, atau tiga hari setelah pengacara keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak, membuat laporan polisi (LP) terkait pembunuhan berencana.
Ia mengatakan, dalam waktu tiga hari saja, dirinya sudah berani membuka fakta di hadapan pimpinan Polri.
"Artinya, tiga hari setelah ada LP itu, saya sudah melaporkan fakta yang sebenarnya dengan asumsi seharusnya dengan fakta yang kami laporkan ke pimpinan Polri, itu sudah bisa membantu penyidikan yang dilakukan Bareskrim terhadap LP 340," katanya.
Irfan Widyanto juga menyalahkan atasannya, yakni AKBP Ari Cahya Nugraha atau Acay, atas perbuatannya mengambil CCTV itu.
Sebab, Irfan mengambil DVR CCTV di dekat lokasi tewasnya Brigadir J karena bermula dari perintah Acay yang menyuruhnya datang ke lokasi.
"Saya datang ke sana atas perintah langsung dari kanit saya," ujar Irfan Widyanto.
Irfan menjelaskan, Acay selaku atasannya memberikan perintah lisan dan tertulis untuk berangkat ke sana.
Pasalnya, Acay sedang berada di Bali sehingga tidak bisa datang langsung ke Kompleks Polri, Duren Tiga.
"Perintah tulisan berarti menjadi kewenangan pimpinan saya, yaitu kanit saya. Dengan kata lain, tanggung jawab saya mendatangi TKP seharusnya menjadi tanggung jawab pimpinan saya. Kewenangan sprin (surat perintah) dan lain-lain," kata Irfan Widyanto.
https://nasional.kompas.com/read/2022/12/18/07240001/populer-nasional-anies-dinilai-mulai-membosankan-meski-elektabilitas-tinggi