Salin Artikel

Kompor Pilpres dan Baju Merah Ganjar Pranowo

Tak tergambar tendensi apapun, termasuk aroma "perlawanan" dari ungkapan narasi pilihan politiknya itu.

Namun banyak pengamat politik menilai, seolah Ganjar menegasi bahwa ia juga bisa berdikari keluar dari bayang-bayang PDIP.

Apalagi di belakangnya banyak partai yang mengharapkan kesiapan Ganjar untuk maju, seperti telah dikemukakan oleh PSI, PPP, dan PAN melalui deklarasi-deklarasi yang digelar di beberapa daerah dan nasional.

Elektabilitas dan percaya diri Ganjar

Padahal Ganjar barangkali hanya berpatokan pada rasa percaya dirinya. Salah satunya, hasil survei Indikator Politik Indonesia yang menempatkannya masih dalam posisi jabatan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang dibesut PDIP di peringkat pertama dengan elektabilitas mencapai 29 persen bila maju sebagai calon presiden (capres) 2024.

Dalam survei dengan simulasi 19 nama itu, elektabilitas Ganjar jauh melejit di atas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di posisi kedua dengan raihan 19,6 persen dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 17,4 persen.

Begitu juga hasil survei institusi partai oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengungkapkan, elektabilitas PDI-P akan meningkat sekitar 15 persen, jika mengusung Ganjar Pranowo capres.

Pernyataan majunya Ganjar sekaligus mengakhiri kerisauan banyak pihak mengenai maju atau tidaknya orang nomor satu di Jawa Tengah tersebut untuk menduduki kursi nomor satu Republik Indonesia, pascaberakhirnya kepemimpinan Presiden Ir. Joko Widodo.

Konstelasi politik berubah cepat. Kemarin, masih beredar kemungkinan PDIP menafikan Ganjar dengan memilih Puan sebagai capres. Seolah Ganjar didera ketergantungan karena sebagai kader ber-elektabilitas moncer justru seperti menjadi "ganjalan" bagi naiknya Puan.

Dengan keyakinan positif itu, Ganjar “Nyapres”. Tentu saja pernyataan Ganjar nyapres 2024, tak hanya bikin jagad Indonesia kaget, tapi PDIP-lah partai yang kelimpungan mengkondisikan pilihan politiknya atas Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi atau Puan Maharani.

Sekaligus ini menjadi pukulan telak bagi PDIP, Megawati dan Puan yang tengah bersusah payah mendulang elektabilitas dengan blusukan mendadak.

Ini barangkali bagian dari rentetan peristiwa politik yang kemudian terakumulasi pada “kegerahan” Megawati dan partai banteng merahnya.

Apalagi sejak elektabilitas Ganjar terus berada di atas Puan. Sebaliknya, publik juga merasa gamang, ketika PDIP "memaksakan" Puan maju, sedangkan PDIP memiliki kader terbaik dengan elektabilitas tinggi.

Tak mengherankan jika kabar terbaru, keputusan Ganjar justru berbuah “sanksi teguran disiplin kader partai”. Teguran lisan oleh Bidang Kehormatan DPP PDI-P pada Senin (24/10/2022) sore, adalah buntut pernyataannya soal siap menjadi calon presiden (capres).

Bagaimanapun Ganjar menerimanya dengan legowo, sembari menyebut bahwa "Pak Sekjen sudah bicara, lihat baju saya, semua keputusan terkait pilpres adalah keputusan ketum."

Meskipun hal itu adalah mutlak keputusan internal partai, namun terbaca jelas jika di tingkat internal, persaingan itu semakin memanas. “Kompor” pilpres adalah pemicu hawa panas itu.

Capres Ganjar memahami sanksi itu diberikan “tak hanya” atas dasar kemunculan diskursus publik pascapernyataan nyapresnya itu, semuanya berbau politis.

Politik belakang layar

Di belakang itu semua, track panjang perjalanan Puan sebagai capres telah dilakukan Megawati secara simultan.

Megawati bahkan telah memulainya dengan menyerahkan tampuk kuasa PDIP, dan mendorongnya sebagai Menteri Kordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (2014-2019) dalam Koalisi Indonesia Maju dan Ketua DPR RI (2019-2024) kepada putrinya Puan Maharani.

Dalam konteks menuju pilpres 2024, Megawati bisa menggunakan “hak prerogatif” kepemimpinan partainya “menunjuk langsung” Puan sebagai capres pilihan partai.

Begitu juga kerja-kerja sosialiasi kehadiran Puan ke seluruh Indonesia melalui aksi blusukannya yang masif. Ini langkah dan strategi agresif Megawati mengejar ketertinggalan—baik dari sisi ketokohan, visi dan misi, maupun dari sisi elektabilitas Puan Maharani.

Sebagai konsekuensinya kemudian, Ganjar menyerahkan sepenuhnya pada keputusan partai yang merupakan keputusan kongres dan semua kader harus ikut. Termasuk soal pencapresan yang sepenuhnya berada di tangan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Tapi, yang menarik adalah Ganjar tidak menarik pernyataannya soal siap maju capres. Ia secara bijak hanya menjawab bahwa semua kader harus siap apabila mendapatkan tugas dari partai, baik eksekutif maupun legislatif. Apakah ini bentuk kamuflase “perlawanan politisnya”?

Ganjar menimpali pernyataannya itu dengan menyebut bahwa fokusnya adalah bekerja dalam kapasitasnya sebagai pejabat resmi Gubernur Propinsi Jawa Tengah.

Apalagi saat ini sedang dipenuhi kesibukan membantu pemerintah nasional dalam mengendalikan inflasi, dan fokus pada kesiapsiagaan membangun daerahnya menghadapi bencana.

Di ranah publik, hukuman teguran lisan terhadap Ganjar yang dianggap memicu kemunculan diskursus, justru menimbulkan multitafsir.

Lagi-lagi banyak orang berpraduga dan berkesimpulan jika sumbernya lebih dari itu, karena persaingan calon dalam kontestasi Pilpres 2024.

Sikap legowonya Ganjar justru dapat “memancing” elektabilitasnya semakin melejit. Semakin besar tekanan dan diskriminasi akan memancing simpati dan empati politik. Jadi, apa manuver Puan-Mega-PDIP selanjutnya?

Ini bisa menjadi “bumerang” berbahaya bagi Puan, Megawati , tapi tidak pada partainya Ganjar -PDIP. Itu satu-satunya hal positif yang terisa bagi kubu Puan-Mega yang berusaha defensif, hingga ada keputusan final, siapa yang berhak maju mewakili Partai Banteng Bermoncong merah itu.

https://nasional.kompas.com/read/2022/10/30/06524211/kompor-pilpres-dan-baju-merah-ganjar-pranowo

Terkini Lainnya

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 MiliarĀ 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 MiliarĀ 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke