Sebelum jatuh, pesawat Bonanza tersebut tercatat masih memiliki 190 jam terbang sebelum kembali melaksanakan pemeliharaan berkala.
“Pesawat itu baru selesai harla (pemeliharaan berkala) Agustus lalu, karena itu pemeliharaan berkala. Jam terbangnya masih cukup banyak 190 jam terbang,” kata Yudo di Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), Jakarta, Kamis (8/9/2022).
Pasca-kecelakaan tersebut, Yudo memutuskan untuk menghentikan sementara seluruh pesawat Bonanza, baik dalam rangka operasi maupun demonstrasi.
Langkah penghentian sementara operasional pesawat dilakukan untuk kepentingan investigasi terhadap pesawat Bonanza yang jatuh di Selat Madura.
“Kita prioritas untuk investigasi. Sehingga, kalau hanya demo bisa kita tunda dulu, kita hentikan dulu,” ujarnya.
Jumlah pesawat Bonanza yang dimiliki TNI AL kini tersisa enam unit.
Keenam unit pesawat itu bermarkas di Markas Komando Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal), Sidoarjo, Jawa Timur.
Sebelumnya, pesawat Bonanza dilaporkan hilang kontak di Selat Madura, tepatnya di perairan antara Bangkalan dan Gresik, Rabu (7/9/2022).
Sebelum dilaporkan hilang kontak, pesawat lebih dulu lepas landas dari Bandara Juanda dengan rute Sub-(Armada) Loc Area-Sub, Rabu, pukul 08.45 WIB.
Pesawat produksi Amerika Serikat ini terbang dalam rangka latihan antiserangan udara atau Air Defense Exercise (Adex) Siaga Armada II.
Namun, sekitar 10 menit setelah lepas landas, pesawat tersebut dilaporkan hilang kontak di antara perairan di Bangkalan dan Gresik, pukul 08.55 WIB.
Keduanya adalah Kapten Laut (P) Judistira Eka Permady dan kopilot Letnan Satu Laut (P) Dendy Kresna Bhakti.
Jenazah saat ini disemayamkan di Wisma Perwira Juanda dan akan dimakamkan di Taman Makam Bahagia TNI AL di Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (9/9/2022).
Judistira merupakan Wakil Komandan Pesawat Udara 2 Flight II Ron 200 dan alumni Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan 62.
Sedangkan, Dendy merupakan Wakil Komandan Pesawat Udara Flight II Ron 600.
https://nasional.kompas.com/read/2022/09/08/19405791/ksal-sebut-pesawat-latih-tni-al-yang-jatuh-masih-punya-190-jam-terbang