Permintaan itu disampaikan langsung Sujarno kepada Iskandar di rumah bupati Langkat pada tahun 2021.
Menurut Iskandar Parangin Angin, Sujarno menawarkan proyek dengan melampirkan dokumen catatan bronjong atau gabion yang bakal dikerjakan oleh Dinas PUPR Kabupaten Langkat.
"Kenapa bisa ada permintaan langsung kepada saudara saksi yang saudara saksi baru kenal pak Jarno, dengan memberikan dokumen itu? Alasannya sehingga langsung ke bapak?," tanya jaksa dalam persidangan yang digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Senin (5/9/2022).
"Ini Pak, kita mau tayangkan (lelang proyek) ada bronjong katanya, siapkan perusahaannya, katanya pak, gitu pak," jawab Iskandar menirukan suara Sujarno.
Menurut Iskandar, Plt Dinas PUPR itu tahu bahwa ia adalah kontraktor yang biasa menggarap proyek di Kabupaten Langkat.
"Lantaran tahu dia pak kita sebagai kontraktor pak," kata Iskandar Parangin Angin.
Diketahui, Terbit dan Iskandar dihadirkan jaksa dalam kapasitasnya sebagai saksi kasus dugaan suap pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Langkat untuk terdakwa Marcos Surya Abdi, Shuhanda Citra, Isfi Syahfira.
Dalam perkara ini, Terbit Rencana Perangin Angin didakwa menerima suap senilai Rp 572.000.000 dari seorang kontraktor bernama Muara Perangin-Angin.
Jaksa KPK menyebut, penerimaan suap itu dilakukan melalui empat orang kepercayaan Terbit yaitu, kakak kandungnya Iskandar Perangin Angin, serta tiga orang kontraktor yaitu Marcos Surya Abdi, Isfi Syahfitra dan Shuhanda Citra.
“(Pemberian suap) disebabkan karena (Terbit) telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya,” kata jaksa KPK di PN Tipikor Jakarta, Senin (13/6/2022).
Menurut jaksa, Terbit meminta commitment fee kepada Muara karena telah memenangkan tender 11 paket pekerjaan di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Langkat pada 2021.
Pertama, empat paket pekerjaan jalan hotmix di Dinas PUPR dengan nilai proyek Rp 2,86 miliar.
Kedua, lima paket pekerjaan penunjukan langsung Dinas PUPR senilai Rp 940.558.000.
“Lalu, dua paket pembangunan sekolah SMP di Dinas Pendidikan dengan nilai total pekerjaan sejumlah Rp 940.558.000,” papar jaksa.
Dalam dakwaan jaksa tertulis bahwa perusahaan milik Muara yang mengerjakan proyek tersebut adalah CV Nizhami dan CV Sasaki.
Perusahaan-perusahaan yang menjadi kolega Terbit itu diberi istilah Grup Kuala dan proyek yang mesti dimenangkannya memiliki kode "Daftar Pengantin".
Berbagai perusahaan dalam Grup Kuala, lanjut jaksa, wajib memberi upeti senilai 15,5 persen hingga 16,5 persen.
Akibat perbuatannya, Terbit Parangin Angin didakwa dengan Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP.
https://nasional.kompas.com/read/2022/09/05/22115701/kakak-bupati-nonaktif-langkat-sebut-diminta-plt-kadis-pupr-siapkan