Salin Artikel

Hoegeng Award untuk Siapa?

Tapi, mengejutkan, Mahkamah Agung memilih untuk menolaknya. Alasan penolakan Mahkamah Agung ternyata juga sama luhurnya. Yakni, tidak ada yang istimewa jika hakim bekerja dengan baik.

Itulah performa yang memang sudah seharusnya dilakukan oleh para hakim, dan sama sekali tidak patut apabila--disengaja atau tidak--terbangun asosiasi bahwa hakim baik akan menerima penghargaan.

Kemudian, tahun 2017, beredar warta tentang peristiwa serupa di Papua. Saat itu Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, akan memberikan penghargaan kepada lima perwira dan lima puluh delapan prajurit atas keberhasilan mereka membebaskan warga dari penyanderaan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata Papua.

Kontras dengan kehendak panglima mereka, lima perwira tersebut menegaskan bahwa keberhasilan operasi adalah milik anak buah, sedangkan kegagalan merupakan tanggung jawab mereka selaku perwira.

Sehingga, para perwira itu nyatakan, justru anak buah yang pantas menerima kenaikan pangkat.

Dari dua kisah di atas, kita beranjak ke Hoegeng Award yang dianugerahkan kepada para personel Polri berintegritas.

Jangan keliru; Hoegeng Award adalah ajang yang baik. Sangat baik. Terlebih karena penilaian juga dilakukan berdasarkan masukan masyarakat luas, maka--vox populi vox dei--bisa dibayangkan bahwa para personel Tribrata yang terpilih adalah benar-benar mereka yang telah memenuhi nilai kepatutan "sempurna" di mata khalayak.

Di sela-sela perasaan bangga menyaksikan insan-insan terbaik Tribrata menerima Hoegeng Award, ada tiga pesan khusus yang semoga dapat menjadi keinsafan bersama. Ini sekaligus ucapan selamat ulang tahun ke-76 korps Bhayangkara.

Pertama, berpuluh-puluh tahun orang selalu menyebut nama Jenderal Hoegeng saban kali bicara tentang polisi berintegritas.

Di balik pengakuan akan kehebatan sosok Hoegeng, pada waktu berpuluh-puluh tahun itu pula seakan masyarakat tidak pernah menemukan polisi berkaliber--setidaknya--setara Hoegeng.

Kalimatnya bisa dibalik: selama sekian dasawarsa itu pula Polri seolah tak kunjung mampu menjelmakan sukma Hoegeng ke jutaan insan Tribrata.

Hikayat tentang polisi yang baik seolah berhenti pada masa kepemimpinan Jenderal Hoegeng. Padahal, semestinya bisa dipastikan bahwa dari masa ke masa selalu ada personel Polri yang berbudi dan berdarma sebagaimana harapan banyak orang.

Karena itulah, Hoegeng Award sepatutnya menandai akhir musim paceklik nama-nama polisi berintegritas.

Hoegeng Award seyogianya menjadi simbol tibanya era baru bahwa perbincangan tentang polisi baik tidak melulu bernilai nostalgia pada figur Hoegeng semata, tapi selalu bisa disangkutkan ke nama-nama selain Hoegeng.

Kedua, tanpa ada Hoegeng Award sekalipun, setiap insan Tribrata sepatutnya berhasrat menjadi polisi berintegritas.

Jadi, dengan kata lain, betapapun tidak pernah menerima Hoegeng Award, segenap anggota Polri setiap tahun punya kesempatan (terdorong untuk) menjelma sebagai polisi berintegritas dengan kepercayaan masyarakat sebagai penghargaannya.

Malam penganugerahan Hoegeng Award "hanya" glorifikasi yang "kebetulan" diwakilkan kepada tiga nama atas nama ratusan ribu personel Polri. Begitu suasana yang idealnya memenuhi batin anggota korps Tribrata.

Ketiga, predikat sebagai polisi berintegritas semestinya bukanlah satu titik, melainkan satu garis yang dibentuk dari deretan sekumpulan titik.

Berangkat dari metafora tersebut, sesungguhnya sangat berisiko menganugerahkan Hoegeng Award kepada personel Polri yang masih aktif.

Hari ini personel dimaksud ditepuki meriah dengan status sebagai titisan Hoegeng, tapi siapa yang berani menjamin perjalanan hidup yang bersangkutan akan terus selurus Hoegeng.

Dan betapa buruknya andai mereka, para penerima Hoegeng Award, pada suatu ketika terjerembab dalam kekhilafan.

Padahal, tidak ada gradasi tidak berintegritas, kurang berintegritas, cukup berintegritas, dan berintegritas penuh. Integritas selalu bersifat biner: putih atau hitam, berintegritas atau tidak berintegritas sama sekali.

Itu berarti, seorang penerima Hoegeng Award, ketika ia kemudian tersandung kerikil sekecil apa pun, pada saat itu pula ia tidak lagi sah mendisplay Hoegeng Award di rak pajangan rumahnya.

Tepat manakala kakinya tersandung, pada detik itu pula Hoegeng Award harus dirampas dari dirinya.

Atas dasar itu, para personel Polri yang menerima persembahan Hoegeng Award sewajarnya punya beban hidup yang bukan alang-kepalang beratnya. Semua mata akan menatap mereka dengan tajam.

Mungkin tajam karena terpukau, mungkin pula karena sinis. Menerima perlakuan sedemikian rupa, tidak ada pilihan bagi penggondol Hoegeng Award selain mutlak tanpa henti bertabiat laiknya orang suci.

Itu niscaya tidak mudah. Karena, semakin tinggi pohon, semakin kencang pula angin meniup. Dan kenangan kolektif kita penuh sesak dengan gambaran orang-orang yang from hero to zero, dari sosok yang sempat dipuja-puja lalu terbanting menjadi bukan siapa-siapa.

Malam sesungguhnya penganugerahan Hoegeng Award belum lagi berlangsung. Barulah pada embusan napas pamungkas mereka kelak, pengabsahan sejati berada.

Bahwa mereka, yang pada 1 Juli ini menggenggam Hoegeng Award, benar-benar layak menerima trofi itu atau justru harus mengembalikannya.

https://nasional.kompas.com/read/2022/07/02/07315991/hoegeng-award-untuk-siapa

Terkini Lainnya

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke