Hal tersebut terlepas dari aksi boikot yang mungkin bakal dilakukan oleh beberapa negara anggota G20 yang telah menyatakan sikap mereka terhadap aksi Rusia.
"Seperti apa dampak keterlibatan Rusia di G20 dan bagaimana kalau sebagian besar negara G20 memboikot keterlibatan Rusia? Indonesia tidak akan inisiatif dan mengeluarkan Rusia di G20," kata pengamat hubungan internasional dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Yulius Purwadi Hermawan dalam webinar, Selasa (15/3/2022).
Seperti diketahui, peperangan antara Rusia dan Ukraina masih terus terjadi. Teranyar, pasukan Rusia kian meningkatkan serangan ke Ibu Kota Ukraina Kyiv dan menyebabkan jumlah korban warga sipil Ukraina terus meningkat.
Serangan Rusia yang dilancarkan sejak 24 Februari 2022 ini menyebabkan beberapa negara menerapkan sanksi ekonomi terhadap negara tersebut.
Setidaknya, sebanyak sembilan negara G20 telah menjatuhkan sanksi ke Ukraina.
Kesembilan negara anggota G20 tersebut yakni Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang, Australia, Singapura, Perancis, Kanada, dan Korea Selatan.
"Pada G20, Rusia akan tetap hadir, ini afirmasi dari eksistensi G20 dan akan ada spotlight ketegangan yang terjadi. Ini skenario bila tetap diundang dan tetap hadir dan situasi akan menegangkan di pertemuan-pertemuan G20," kata Yulius.
Ia pun berkaca pada momentum KTT G20 di Brisbane, Australia pada tahun 2014 lalu.
Pada masa setelah aneksasi Krimea pada tahun 2014, Moskow diusir dari G8. Namun demikian, Putin tetap hadir pada forum KTT G20 Brisbane yang anggotanya lebih majemuk.
Meski dalam forum tersebut Yulius mengatakan, sambutan terhadap Putin sangat dingin.
"Di Australia Putin hadir, sambutannya dingin. Presidensi Australia saat itu sangat enggak happy dengan Rusia, tapi Putin hadir. Sementara itu berhitung di Bali, karena ada skenario online dan offline, dia mungkin saja hadir secara online," ujar Yulius.
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/15/23571161/ri-diyakini-tetap-akan-undang-rusia-di-ktt-g20