Salin Artikel

Hari Musik Nasional: Kenangan Hoegeng dan Irama Hawaiian yang Membuai

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari Musik Nasional yang diperingati setiap 9 Maret diharapkan menjadi ajang apresiasi bagi para insan di kancah musik Tanah Air. Dalam peringatan Hari Musik Nasional lima tahun silam, seorang mantan penegak hukum menjadi salah satu sosok yang dinilai berjasa bagi perkembangan musik di dalam negeri.

Dia adalah mendiang Jenderal (Pol) Hoegeng Iman Santoso. Mengutip dari surat kabar Kompas edisi 10 Maret 2017, sosok Hoegeng menjadi fokus dialog dalam peringatan Hari Musik Nasional saat itu.

Sebagai Kepala Polri kelima Hoegeng tidak hanya dikenal karena integritasnya, tetapi juga karena sumbangsihnya yang turut mempopulerkan jenis musik Hawaiian. Dia menampilkan genre musik itu secara aktif melalui tayangan di Televisi Republik Indonesia dalam program "Irama Lautan Teduh" selama 10 tahun, sebelum acara itu dihentikan.

Saat menjabat sebagai Kapolri antara 1968 sampai 1971, Hoegeng membentuk band musik Hawaiian bernama The Hawaiian Seniors dan rutin mengisi acara "Irama Lautan Teduh" saat itu.

Peran Hoegeng dalam kancah musik Indonesia dipaparkan dalam diskusi bertajuk Kata Pahlawan yang digelar untuk memperingati Hari Musik Nasional di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, Kamis, 9 Maret 2017. Dalam diskusi itu, penyanyi senior Bob Tutupoly menyebut Hoegeng sebagai sosok yang konsisten mempromosikan musik Hawaiian di tengah maraknya lagu daerah pada era itu.

”Saya membayangkan musik Hawaiian bisa kembali dipopulerkan,” ujar Merry Roeslani, istri Hoegeng, yang juga hadir dalam acara tersebut.

Musik Hawaiian atau disebut juga musik lautan teduh memiliki tempo lambat dengan irama yang mendayu-dayu berikut vokalnya. Salah satu instrumen yang membuat musik ini khas terdengar membuai telinga adalah steel-guitar, yakni alat musik serupa gitar yang dimainkan dengan cara dipangku atau diletakkan secara mendatar. Tema lagu yang sebagian besar bicara soal kisah asmara juga menambah efek buai musik ini.

Hoegeng mulai serius menekuni hobi bermusik dengan genre Hawaiian setelah dia dicopot oleh Presiden Soeharto dari jabatan Kapolri pada 2 Oktober 1971. Ketika itu dia tengah menangani kasus yang menarik perhatian masyarakat, yakni penyelundupan mobil mewah yang dilakukan oleh pengusaha Robby Tjahjadi alias Sie Tjie It, dan kasus pemerkosaan terhadap seorang penjual telur ayam bernama Sumarijem atau dikenal dengan kasus Sum Kuning.

Dalam kasus penyelundupan itu, Hoegeng sebenarnya sudah mengantongi izin penyelidikan dan hendak menyampaikan hasilnya kepada Soeharto. Namun, ketika hendak melapor, dia melihat Robby keluar dari rumah Soeharto dan batal melaporkan karena merasa dibohongi.

Sedangkan dalam kasus Sum Kuning, penyelidikan perkara itu justru diambil alih oleh Kopkamtib atas perintah Soeharto. Hoegeng pun tidak bisa berbuat apa-apa terkait hal itu.

Setelah tidak bekerja sebagai polisi, Hoegeng bersama sang istri mengisi acara "Irama Lautan Teduh di TVRI bersama kelompok musik The Hawaiian Seniors. Kelompok itu terdiri dari Soejoso Karsono alias Mas Jos pada vokal, Hoegeng pada vokal dan ukulele, George De Fretes yang memetik gitar Hawaiian, Meriyati Roeslani sebagai vokal, Panji Poernomo Tedjokusumo alias Mang Udel sebagai ukulele, Bram Titaley sebagai vokal, dan Ferry Berhitoe memainkan gitar.

Bahkan karena kegiatannya bermusik dia dijuluki sebagai "The Singing General". Selain bermusik, Hoegeng menekuni hobi melukis dan menjual lukisannya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kegiatan bermusik dan tampil di TVRI yang dilakoni Hoegeng beserta grup The Hawaiian Seniors terhenti setelah 10 tahun berjalan. Meski tidak ada alasan jelas, TVRI memutuskan menghentikan program itu tidak lama setelah Hoegeng dan sejumlah tokoh nasional seperti Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia Sjafruddin Prawiranegara, Jaksa Agung awal kemerdekaan Kasman Singodimedjo, Perdana Menteri Mohammad Natsir, dan mantan Panglima TNI Abdul Haris Nasution meneken Petisi 50.

Maksud Petisi 50 adalah sebagai pernyataan sikap keprihatinan atas kepemimpinan Soeharto yang dianggap telah keliru menafsirkan Pancasila.

Hoegeng yang selalu berprinsip hidup sederhana kemudian terus melukis untuk mengisi kesibukannya. Dalam bermusik, Hoegeng sempat mendirikan Yayasan Musik Indonesia yang sempat mengorbitkan sejumlah bintang di belantika musik Tanah Air pada era 1980-an.

Hoegeng meninggal pada 14 Juli 2004 dalam usia 82 tahun. Jasadnya dimakamkan di Taman Pemakaman Giri Tama, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Sumber:

Kompas edisi 10 Maret 2017: Hoegeng Juga Mewarnai Musik Indonesia

https://nasional.kompas.com/read/2022/03/09/17400611/hari-musik-nasional-kenangan-hoegeng-dan-irama-hawaiian-yang-membuai

Terkini Lainnya

Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke