Salin Artikel

Kilas Balik Gempa Biak dan Bau Anyir di Pesisir Pantai

JAKARTA, KOMPAS.com - Bencana gempa bumi magnitudo 7.5 dan tsunami pernah terjadi di Kabupaten Biak Numfor, Irian Jaya (kini Papua) pada 17 Februari 1996 silam.

Korban meninggal dalam bencana itu tercatat 96 orang. Kemudian 54 orang hilang dan 44 orang luka berat.

Gempa besar itu mengakibatkan banyak bangunan setempat rata dengan tanah. Sebanyak 2.100 penduduk dilaporkan kehilangan tempat tinggal.

Gempa juga mengakibatkan 41 tempat ibadah rusak, termasuk Mesjid Baiturrahman yang merupakan tempat peribadatan termegah di kota Biak. Sedangkan 87 bangunan sekolah, juga mengalami kerusakan parah, ditambah 31 rumah dinas guru, 63 balai desa, 11 puskesmas dan 47 toko atau kios.

Guncangan gempa yang cukup dahsyat disusul gelombang pasang (tsunami) setinggi pohon kelapa yang berkecamuk di wilayah Kecamatan Biak Utara dan kawasan pesisir timur. Sebanyak sepuluh desa habis disapu ombak, dan wilayah itu sempat terisolasi karena tidak bisa dihubungi baik melalui darat maupun laut.

Beberapa hari setelah kejadian, masih banyak korban meninggal yang belum ditemukan. Hal itu membuat kawasan pesisir timur Biak Numfor yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik diselimuti bau anyir. Ternyata jenazah korban banyak yang terperangkap di bawah puing-puing bangunan atau di sela-sela potongan kayu.

Proses pengiriman bantuan juga tidak mudah. Saat itu penduduk juga mulai kesulitan bahan pangan hingga pakaian karena ketika mereka menyelamatkan diri tidak sempat lagi membawa harta benda.

Amandus Mansnembra yang saat itu menjabat sebagai Bupati Biak menyatakan, Kanwil Depsos dan Kanwil Depkes Provinsi Irian Jaya kurang tanggap terhadap akibat gempa di Biak yang menyebabkan ribuan jiwa butuh bantuan bahan makanan dan bantuan kesehatan.

"Bantuan dari Depsos dan Depkes kepada korban gempa Biak belum ada, meski Pemda Biak sangat membutuhkan bantuan untuk menanggulangi kekurangan bahan makanan, pakaian dan obat-obatan," kata Mansnembra.

"Saya khawatir jika tidak ada bantuan akan timbul akibat lain seperti bahaya kelaparan dan wabah penyakit karena kondisi kesehatan korban bencana makin buruk," kata-nya menegaskan.

Bantuan saat itu dilaporkan sudah dikirim. Namun, tertahan di Manokwari, karena kapal pengangkut, KM Dobonsolo, tidak bisa berlabuh di dermaga Biak sesuai waktu yang direncanakan.

Kapal penumpang milik PT Pelni ini sebenarnya merapat di dipelabuhan setempat hari Ra-bu lalu, tetapi menjelang sandar tiba-tiba muncul gempa susulan dan gelombang pasang. Kapal kemudian hanya berputar-putar di depan dermaga Biak. Keputusan akhir, kapal yang juga membawa ribuan penumpang ini, meneruskan perjalanan ke Pelabuhan Manokwari.

Gempa tektonik di Biak selain menimbulkan tsunami dengan ketinggian mencapai tujuh meter di Irian Jaya, ternyata juga merambat hingga ke Jepang dalam waktu hanya 6 jam dengan menempuh jarak sekitar 2.000 km dari Biak.

"Ketinggian tsunami akibat gempa di Biak itu di Jepang mencapai rata-rata satu meter," urai Wakil Ketua Tim Survai Tsunami Internasional (ITST), Ir Subandono Diposaptono MEng.

Menurut laporan kepala tim Dr Fumihiko Imamura dari Universitas Tohoku Jepang, lokasi yang dilanda tsunami di Irian Jaya, meliputi Manokwari (4 meter), Sarmi (7 meter), Korim (6-7 meter), Biak (3-5 meter), dan Pulau Yapen (7 meter). Akibat gempa berkekuatan 7,5 Skala Richter di Biak itu, merambat ke pantai Kyusyu, Shikoku, Tokai, Tohoku, dan Hokkaido di Jepang.

Karena adanya pertemuan lempeng benua atau adanya zona tujaman dari timur hingga ke barat di perairan sebelah utara Irian Jaya, menurut Subandono, wilayah itu tergolong rawan tsunami. Untuk menghambat serangan tsunami, sepanjang pantai hendaknya ditanami pohon bakau.

Berita ini sudah tayang di surat kabar KOMPAS edisi 23 Februari 1996 dan 13 Maret 1996 dengan judul: "Setelah Gempa Guncang Biak: Bau Anyir Muncul di Mana-mana...", dan "Tsunami Biak Terbesar Setelah Tsunami di Cile".

https://nasional.kompas.com/read/2022/02/17/08240091/kilas-balik-gempa-biak-dan-bau-anyir-di-pesisir-pantai

Terkini Lainnya

Tak Setuju Istilah Presidential Club, Prabowo: Enggak Usah Bikin Club, Minum Kopi Saja

Tak Setuju Istilah Presidential Club, Prabowo: Enggak Usah Bikin Club, Minum Kopi Saja

Nasional
1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

Nasional
Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Nasional
Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Nasional
Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Nasional
PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke