Salin Artikel

Kalah di Pilkada, AHY Mulai Bicara Maju Jadi Capres, Mungkinkah?

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah tokoh mulai kerap "bernyanyi" soal Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 yang tinggal 2 tahun lagi.

Salah satu yang tak mau ketinggalan yakni Partai Demokrat dan ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Nama AHY memang kerap masuk dalam survei jajaran tokoh potensial capres. Namun, urutannya hanya berkisar di 10 besar.

Sebelum ini, AHY pernah mencoba peruntungannya di Pilkada DKI. Tahun 2017 lalu, ia berpasangan dengan Sylviana Murni melawan pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Meski harus menerima kekalahan di putaran pertama Pilkada, kala itu AHY-Sylviana berhasil mengantongi 937.955 atau sekitar 17,05 persen suara warga DKI.

Dengan modal demikian, mungkinkah AHY berlaga di Pilpres mendatang dan memenangkan pertarungan?

Dapat dukungan

Baru-baru ini AHY merespons para kader Demokrat yang menginginkannya maju di Pilpres mendatang.

Putra sulung Presiden ke-6 RI itu tak lugas menyampaikan kesediaannya maju pada kontestasi politik 2024. Namun, ia menyambut baik dukungan yang diberikan untuk dirinya.

"Sebetulnya itu sesuatu yang wajar-wajar saja ya kalau kader punya semangat yang tinggi, punya optimisme, saya yakin di partai-partai politik lainnya juga ada spirit seperti itu terhadap pemimpinnya," kata AHY usai menghadiri acara perayaan Natal Partai Demokrat di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (29/1/2022).

"Di Demokrat tentu ada AHY dan mereka juga ingin terbuka jalan bagi Demokrat 2024 nanti mengikuti kontestasi pilpres," tuturnya.

Menurut AHY, harapan para kader itu merupakan suatu hal yang harus diikhtiarkan. Namun demikian, AHY mengatakan, dirinya ingin struktur Partai Demokrat hingga akar rumput memiliki energi besar untuk memenangkan Pemilu 2024.

Menurut dia, usaha itu harus dimulai dari sekarang karena hanya ada sisa waktu sekitar 1,5 tahun sebelum rangkaian Pemilu 2024 dimulai.

"Saya rasa itu adalah waktu yang pendek tapi kami juga punya optimisme karena ada tahapan-tahapan dan progres-progres yang kami capai selama ini," kata AHY.

Belum bicara Pilpres

Dukungan dari kader Demokrat agar AHY maju sebagai calon presiden pernah diungkap oleh Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra.

"Memang ada beberapa tokoh yang terus muncul bersamaan dengan munculnya Ketum kami. Saat ini, aspirasi kader kami, dan masyarakat yang kami temui, banyak yang berharap Mas AHY dapat ikut bertarung dalam Pilpres 2024 sebagai salah satu calon," kata Herzaky, 18 Juni 2021.

Namun, belakangan Herzaky mengeklaim bahwa partainya belum memikirkan kontestasi Pilpres 2024.

"Sampai saat ini belum ada pembicaraan mengenai capres-cawapres di internal kami karena Mas AHY sendiri menegaskan bahwa saat ini kita fokus bantu rakyat karena Covid dan ekonomi," kata Herzaky dalam program Satu Meja Kompas TV, Rabu (12/1/2022)

Menurut Herzaky, isu pencapresan juga erat kaitannya dengan masalah momentum.

Ia mencontohkan, pada 2011 nama Joko Widodo tidak diperhitungkan untuk menjadi presiden karena saat itu masih menjabat sebagai wali kota Solo.

Oleh karena itu, menurut dia, dalam jangka waktu dua tahun menuju 2024 akan ada banyak kejutan yang bisa mempengaruhi peta politik ke depan.

"Termasuk juga bisa jadi yang sebelumnya elektabilitas tinggi tapi ketika tidak lagi, katakanlah, memegang jabatan publik, bisa drop," ucap Herzaky.

Jalan terjal

Melihat hal ini, analis politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, mengatakan, sudah sepantasnya kader Demokrat mendorong AHY untuk maju di Pilpres. Hal itu menandakan bahwa tak ada gejolak berarti dalam internal partai.

Namun demikian, kata Adi, jika hendak maju di Pilpres mendatang ada banyak PR yang harus dihadapi AHY.

Memang, nama AHY kerap muncul dalam survei tokoh potensial capres. Tetapi, urutannya jauh di bawah nama-nama tokoh lain.

"Memang popularitas dan elektabilitas AHY muncul di survei, tapi tidak signifikan yang lain, tidak sekuat Prabowo, Ganjar, Anies, Sandiaga, Ridwan Kamil," kata Adi kepada Kompas.com, Senin (31/1/2022).

PR kedua yang harus dihadapi AHY yakni ada tidaknya partai politik yang mendukungnya untuk maju di Pilpres mendatang.

Sebagaimana diketahui, untuk dapat mencalonkan diri di Pilpres, seseorang harus mampu memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold sebesar 20 persen.

Sementara, saat ini Demokrat menjadi partai papan tengah yang pada tahun 2019 perolehan suaranya hanya 7,77 persen.

Artinya, kata Adi, agar AHY bisa mendapat tiket untuk maju di Pilpres, sedikitnya butuh dukungan dari dua partai politik.

"Ada nggak partai atau calon yang bisa diajak bersama di 2024 mengingat Demokrat harus diakui sekarang cuma partai papan tengah, AHY juga elektabilitasnya nggak signifikan," ucap Adi.

Adi menilai, AHY memang punya modal yang cukup baik untuk maju di Pilpres mendatang. Namun, modal saja tak cukup jika tidak diikuti dengan elektabilitas yang baik dan dukungan partai politik lain.

"Kalau dilihat memang jalan yang akan dihadapi AHY menuju 2024 cukup terjal, berliku, dan mendaki," kata Adi.

https://nasional.kompas.com/read/2022/02/01/06100051/kalah-di-pilkada-ahy-mulai-bicara-maju-jadi-capres-mungkinkah-

Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke