Menurut dia, semakin banyak perjalanan mancanegara yang diizinkan pemerintah, maka semakin besar peluang varian Omicron menjamah berbagai wilayah.
"Orang-orang jangan bertambah lagi yang ke luar negeri. Sekarang kan yang ke luar negeri terus bertambah, jadi menakutkan," ujar Miko kepada Kompas.com, Rabu (29/12/2021).
Ia setuju dengan imbauan pemerintah supaya warga lebih banyak berwisata di dalam negeri, namun berharap supaya pemerintah mengaturnya lebih tegas.
Kendati penularan Omicron secara lokal (bukan dari perjalanan mancanegara) sudah dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan, namun Miko memprediksi bahwa laju persebarannya tidak akan secepat apabila perjalanan mancanegara dibuka lebar-lebar.
"Supaya mereka (wisatawan) pindah, dari wisata ke luar jadi ke dalam negeri, jadi tidak menakutkan negara kita. (Penyebaran) Omicron tidak akan secepat itu terjadi," tambahnya.
Miko menjelaskan, penting bagi pemerintah untuk memastikan agar Omicron tidak cepat merambah berbagai penjuru negeri.
Menurutnya, saat ini daerah-daerah di Indonesia berlomba dengan waktu guna mempercepat vaksinasi Covid-19, terutama bagi lansia, sebelum Omicron tiba di daerah itu.
Sebagai informasi, varian Omicron terbukti berkali-kali lipat lebih mudah menular dibandingkan varian Delta yang pada pertengahan 2021 lalu mengakibatkan krisis fasilitas kesehatan di Indonesia.
Namun, imunitas masyarakat diprediksi mampu jadi pembeda, karena semakin tinggi imunitas berdampak pada berkurangnya kemungkinan gejala berat akibat Omicron.
"Yang belum divaksinasi, hati-hati. Apalagi provinsi yang cakupan keduanya masih di bawah 40 persen, apalagi pada lansia," kata Miko.
"Pada waktu Omicron masuk ke daerah-daerah itu, terima nasib saja. Orang-orang yang belum vaksinasi, lansia terutama, 'terima nasib', akan berat," imbuhnya.
Pemerintah saat ini memberlakukan sistem karantina selama 10 hari bagi pendatang dari mancanegara.
Namun, secara khusus, hanya 13 negara yang warganya dilarang masuk ke Indonesia, yakni Afrika Selatan, Botswana, Namibia, Zimbabwe, Lesotho, Mozambik, Eswatini, Malawi, Angola, Zambia, Britania Raya, Denmark, dan Norwegia.
Padahal, dari 47 kasus Omicron yang sejauh ini ditemukan pemerintah, 45 di antaranya terbukti berasal dari negara-negara selain 13 negara tadi, di antaranya Malaysia, Kenya, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Mesir, Malawi, Spanyol, Inggris, dan Turki.
https://nasional.kompas.com/read/2021/12/29/14124871/berpacu-dengan-kecepatan-infeksi-omicron-epidemiolog-stop-wisata-ke-luar