Kasus pertama adalah petugas kebersihan Wisma Atlet, lalu dua lainnya merupakan pelaku perjalanan dari Amerika Serikat dan Inggris, dua negara yang sedang mengalami lonjakan kasus Covid-19 akibat varian tersebut.
Terbaru, juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengonfirmasi bahwa sejauh ini sudah ada 60 orang kontak erat dari tiga kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia.
Sebanyak 60 orang ini diketahui berstatus positif Covid-19, tetapi butuh pemeriksaan lanjutan, yaitu whole genome sequencing (WGS), untuk mengetahui apakah mereka juga tertular virus SARS-CoV-2 varian Omicron atau tidak.
"Ada di Wisma Atlet. Mereka bergejala ringan dan tidak bergejala," ujar Nadia kepada Kompas.com, Senin (20/12/2021).
Hasil WGS kemungkinan baru terbit dalam tempo lebih kurang satu pekan, tergantung oleh sejumlah faktor lain, seperti ketersediaan laboratorium, sumber daya manusia, dan kualitas spesimen yang diperiksa.
Epidemiolog Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko, menduga bahwa virus SARS-CoV-2 varian Omicron sudah “bocor” di sejumlah wilayah di Indonesia, bukan hanya di Jakarta sebagaimana yang saat ini telah dikonfirmasi Kementerian Kesehatan.
Bali menjadi salah satu tempat yang diduga telah terjadi penyebaran virus corona varian Omicron.
“Tidak (hanya di Jakarta)-lah. Bandara-bandara yang dibuka kan di Jakarta, Medan, Surabaya, Batam, Bali,” kata Miko mengambil contoh, saat dihubungi Kompas.com pada Senin (20/12/2021) pagi.
“Saya yakin di Bali juga sudah ada. Kan Australia meningkat, bahkan kasus hariannya, bayangkan saja, tadinya sembilan lalu sekarang 4.000. Itu pasti karena Omicron. Amerika banyak (kasus Omicron). Inggris juga banyak. Bali pasti bocor,” jelasnya.
Miko menilai bahwa pemerintah tidak serius menghadapi ancaman varian Omicron. Hal ini terbukti dari lambatnya pemeriksaan WGS kasus varian Omicron di seluruh Indonesia.
Lambatnya deteksi ini membuat pemerintah tidak dapat memetakan wilayah dengan temuan kasus Omicron dengan akurat.
Padahal, menjelang libur Natal dan Tahun Baru, Miko menilai pemerintah perlu membuat penyekatan ke wilayah-wilayah dengan temuan kasus Omicron guna menghindari lonjakan kasus Covid-19 setelahnya.
Menurut dia, varian ini akan berbahaya bagi kota dan kabupaten yang cakupan vaksinasi Covid-19-nya masih rendah, terutama bagi lansia.
“Jadi menurut saya sih, kebocoran ini sudah banyak. Sebentar lagi juga akan ada berita menarik,” tambah Miko.
“Kalau mau serius (menghadapi varian Omicron), tidak boleh berlama-lama. Kalau (WGS) lama-lama, ya, artinya membiarkan penyebaran Omicron,” tutupnya.
Keyakinan pemerintah dan peniadaan penyekatan
Pemerintah mengeklaim bahwa semua kasus Omicron masih terlokalisasi di Wisma Atlet.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan meminta isu ini tidak menjadi polemik.
"Saya tidak ingin kita berpolemik dan saya imbau agar semua, kita masyarakat, politisi tentara, polisi, semua agar jangan ada yang main-main dengan ini," kata dia kemarin.
Pemerintah sendiri mengakui tak akan melakukan penyekatan, tetapi justru minta warga untuk tidak pergi ke luar negeri.
Nadia menjamin bahwa kasus Omicron di Indonesia hingga saat ini masih berstatus kasus impor atau dibawa dari luar negeri, belum terjadi penularan di tingkat lokal.
"Tentunya kita mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan ke luar negeri kalau tidak mendesak. Kalau melihat, kasus Omicron didapatkan ketika warga negara Indonesia melakukan perjalanan luar negeri, padahal terjadu peningkatan kasus yang cukup besar di beberapa negara," ujar Nadia.
Padahal, menjelang libur Natal dan tahun baru, mobilitas masyarakat meningkat tajam.
Dikutip dari Kompas TV, berdasarkan data dari Satgas Covid-19 Bandara Soekarno-Hatta, penumpang dari luar negeri mencapai 3.000 hingga 4.000 orang dalam satu hari.
https://nasional.kompas.com/read/2021/12/21/09463981/omicron-sudah-masuk-perlukah-penyekatan-pada-masa-libur-natal-dan-tahun-baru