Salin Artikel

Dalam Berdonasi, Indonesia Juara Dunia

CAF dalam menyusun indeks, tidak main-main. Ia dibantu oleh institusi survei tenar, Gallup, di 114 negara. Melalui proyek Gallup World Poll, yang sepanjang tahun rutin menyurvei berbagai persoalan global, tiga indikator disurvei.

Pertama, perilaku masyarakat dalam menolong orang yang belum dikenal. Khusus pada indikator ini, menurut laporan CAF, sebanyak 65 persen orang Indonesia mengaku pernah melakukannya sebulan terakhir.

Kedua, indikator yang terkait dengan donasi material, dalam bentuk sumbangan uang.

Menariknya, dalam menyumbang uang, 83 persen orang Indonesia mengaku melakukannya sebulan terakhir. Proporsi ini tertinggi dari seluruh negara yang diukur.

Ketiga, partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial secara sukarela. Pada indikator ini pun, masyarakat Indonesia paling tinggi sedunia. Sebanyak 60 persen masyarakat mengaku ikut melakukan aksi sosial sebulan terakhir.

Secara keseluruhan, skor indeks Indonesia 69 persen. Terpaut cukup jauh dari posisi kedua, Kenya (58 persen). Menjadi semakin menarik, capaian Indonesia ini jauh di atas negara-negara kawasan Eropa yang tergolong makmur.

Denmark yang terbiasa berada pada papan atas berbagai indeks global, berada pada ranking 40. Begitu juga Norwegia, bertengger pada posisi ke-47.

Di kalangan Asia Tenggara, Indonesia jelas berjaya. Masih terpaut jauh dengan Malaysia yang berada pada peringkat 29. Begitu juga Vietnam, Thailand, dan Filipina.

Dari seluruh negara yang dicermati, paling mengejutkan, Jepang. Tahun ini, dari seluruh negara yang disurvei, posisinya paling buncit. Dalam memberikan bantuan pada orang yang tidak dikenal, misalnya, hanya 12 persen masyarakat Jepang mengaku melakukannya.

Dalam memberikan donasi dan partisipasi aksi sosial pun menempatkan Jepang pada posisi rendah. Padahal, periode pengukuran sebelumnya masih mengungkapkan 22 persen masyarakat yang berderma.

Laporan CAF yang terpublikasikan sejak Juni 2021 ini juga mengungkapkan berbagai penurunan maupun peningkatan peringkat setiap negara. Dikatakan, pandemi yang dihadapi setiap negara menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kegiatan berderma.

Pada sebagian negara, pandemi yang memilah jarak fisik dan sosial tersebut secara langsung mengurangi aksi kegiatan sosial masyarakat.


Namun, bagi Indonesia justru sebaliknya yang terjadi. Pandemi, sekalipun memilah jarak fisik maupun interaksi sosial antara individu, tidak serta-merta mengurangi kegiatan beramal.

Justru, di saat pandemi, semakin banyak aksi sosial hingga sumbangan sosial yang dilakukan. Tidak heran jika dibandingkan dengan indeks periode sebelumnya, Indonesia mengalami peningkatan skor. Pada pengukuran tahun 2018 lalu, misalnya, skor Indonesia 59 persen. Hebatnya, saat itu pun Indonesia duduk pada peringkat pertama.

Dengan hadirnya indeks ini, dapat disimpulkan inilah capaian tertinggi Indonesia sepanjang tahun 2021 dalam skala global. Setelah berbagai pengukuran indeks sebelumnya kerap menempatkan Indonesia pada posisi yang kurang prestisius.

Tidak sampai pada posisi terbawah memang. Namun, hampir semua persoalan yang diukur secara global menempatkan negeri ini pada posisi tengah ke bawah. Indeks Persepsi Korupsi, misalnya, ranking ke-103 dari 180 negara. Begitu juga dalam ranking Human Development Index. Indonesia pada posisi 107 dari 189 negara yang diukur.

Menjadi nomer satu secara global memang luar biasa. Patutlah berbangga akan capaian semacam ini.

Sebenarnya, sempat pula ragu dengan capaian Indonesia. Bagaimana mungkin, sedemikian tinggi aksi sosial yang tumbuh di tengah masyarakat?

Hanya, keraguan cepat tersingkirkan. Pada bulan Oktober 2021, Litbang Kompas memublikasikan hasil survei di 34 provinsi yang menyinggung pula semakin tingginya ikatan sosial maupun solidaritas sosial masyarakat sepanjang pandemi.

Saat gelombang kedua pandemi (Juli 2021) mulai menerjang Indonesia, kohesivitas sosial masyarakat tergolong "tinggi", mencapai skor 18,50 dalam skala 5-25. Saat gelombang kedua mulai surut, bahkan kohesivitas sosial masyarakat Indonesia meningkat menjadi 18,76.

Hasil survei menunjukkan, ikatan sosial yang menguat diikuti pula oleh solidaritas sosial yang terbentuk. Pandemi Covid-19 memang telah mengusik segenap aktivitas kehidupan masyarakat. Tidak jarang warga masyarakat yang takluk dibuatnya.

Namun, di balik badai pandemi, faktanya solidaritas sosial justru semakin bertumbuh.


Aksi tolong-menolong, mulai dari saling memberikan informasi terkait pencegahan dan Penanganan Covid-19, memberikan bantuan makan dan obat-obatan, hingga menyediakan fasilitas kesehatan dilakukan.

Semua ini dilakukan tidak terbatas pada lingkungan terdekat saja, juga pada orang lain yang sesungguhnya belum dikenal.

Selain solidaritas masa pandemi, sebenarnya dalam keseharian masyarakat Indonesia pun tidak terlepas dari aksi-aksi sosial maupun keagamaan.

Dalam laporan indeks ini pun, CAF mengungkapkan aksi sosial berzakat yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia.

Aksi sosial semacam ini menjadi salah satu bukti penguat kedermawanan masyarakat.
Dalam soal besaran jumlah sumbangan, memang indeks ini tidak mengukurnya.

Bila besaran material sumbangan dijadikan indikator, bisa jadi pula apa yang diberikan masyarakat Indonesia tidak menjadi yang terbesar dibandingkan dengan masyarakat di negara-negara lainnya. Hanya saja, kedermawanan memang bukan persoalan jumlah ataupun besaran material. Niat dan tindakan, lebih tepatnya.

Itulah mengapa, menjadi nomer satu dari 114 negara dalam berderma, jelas tampak mulia. Inilah modal sosial bangsa yang harus dirawat. Selamat!

https://nasional.kompas.com/read/2021/11/16/17175271/dalam-berdonasi-indonesia-juara-dunia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke